Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - BUENOS AIRES. Media Argentina menyebutkan bahwa pemilihan presiden yang digelar Minggu (27/10) dimenangkan oleh Alberto Fernandez, segera setelah polling ditutup. Laporan ini menjadi kekhawatiran awal presiden yang tengah menjabat, Mauricio Macri.
Stasiun televisi Argentina mengatakan bahwa Fernandez menang atas Macri tanpa perlu pemungutan suara putaran kedua. Partai Fernandez yang memenangkan pemilihan utama Agustus lalu pun optimistis. "Kami memperbaiki kinerja pemilihan sejak pemilu utama dari tingkat nasional dan tingkat provinsi," kata Santiago Cafiero, jurubicara partai Frente de Todos seperti dikutip Reuters.
Polling ditutup pada Minggu pukul 6 sore waktu setempat. Perubahan rezim ini diprediksikan akan mengembalikan Argentina ke arah Peronist yang berhaluan kiri.
Krisis ekonomi Argentina yang memicu pengetatan dan stimulus dari International Monetary Fund memicu para pemilih untuk berbalik arah. "Saya memilih Fernandez karena saya melihat orang-orang tidak senang dan saya ingin negara dengan ekonomi dan dukungan sosial yang lebih baik," kata Carlos Berenguer, pria 71 tahun yang mengantre bilik pemilu di distrik Palermo.
Pilihan Argentina bisa menimbulkan dampak yang luas. Argentina adalah negara pengekspor biji-bijian utama dunia. Argentina juga memiliki sumber minyak jumbo di lapangan shale Vaca Muerta. Saat ini, Argentina tengah berupaya merestrukturisasi utang senilai US$ 100 miliar dengan kreditur.
Baca Juga: IMF: Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan emerging markets lain akan membaik di 2020
Alberto Fernandez merupakan figur yang relatif tidak terkenal di luar Argentina hingga tahun ini. Dia memimpin polling sekitar 20 poin yang menjatuhkan Macri pada pemilihan utama Agustus lalu. Hasil yang mengejutkan ini turut menekan pasar karena investor dan kreditur luar Argentina khawatir akan pergerakan politik populis.
Hasil pemilihan utama Agustus lalu menekan pasar keuangan dan nilai tukar peso. Alhasil, krisis ekonomi makin berat. "Kita berada dalam krisis dan hasilnya, kita semua akan bertanggung jawab akan masa depan Argentina," kata Fernandez kepada para pendukungnya di Buenos Aires.
Krisis ekonomi yang pelik
Ekonomi Argentina berada dalam sorotan setelah negara ini masuk resesi sejak tahun lalu. Laju inflasi mencapai lebih dari 50%. Sedangkan tingkat pengangguran meningkat dan kemiskinan melonjak tajam.
Tapi, sejumlah pengamat khawatir Peronist akan kembali menyebabkan krisis seperti sebelum Macri menjabat pada 2015. Banyak pihak mengatakan bahwa Macri perlu waktu lebih banyak untuk menyelesaikan krisis.
"Meski empat tahun ini sulit, saya berharap Macri dapat memperbaikinya," kata Pablo Nicolas, akuntan berusia 36 tahun. Dia mengatakan, dia tidak percaya pada pasangan pemilihan Fernandez, yakni mantan Presiden Cristina Fernandez de Kirchner.
Macri memenangkan dukungan untuk reformasi ekonomi Argentina yang cenderung tertutup. Dia meneken kesepakatan perdagangan dan menarik investasi asing pada proyek energi dan infrastruktur.
Baca Juga: Krisis akut: Inflasi Argentina bisa capai 53% di akhir 2019
Tapi, rencana reformasi Macri terganjak ketika krisis mata uang dan utang terjadi tahun lalu. Alhasil, Argentina terpaksa berutang ke IMF total US$ 57 miliar.
Fernandez kemungkinan akan mengambil alih jabatan Macri dan negosiasi yang tengah berlangsung dengan kreditur, termasuk IMF. Banyak investor telah menghitung kemungkinan kemenangan Fernandez ini.
Tak bisa diremehkan, Fernandez adalah mantan kepala kabinet yang beraliran moderat. Dia memiliki keahlian diplomasi yang menyatukan pecahan-pecahan sayap Peronist.