Reporter: Ferrika Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Raksasa e-commerce China, Alibaba Group Holding Ltd. mendapatkan protes dari enam orang konsumen asal Uni Eropa atas ketentuan kontrak yang dinilai melanggar undang-undang di Uni Eropa.
Mereka menuduh Alibaba berlaku tidak adil untuk layanan penjualan ritel secara online. Karena ada beberapa klausul kerja sama yang diduga tidak jelas dan bermasalah untuk pengguna AliExpress di Uni Eropa. AliExpress adalah sebuah perusahaan online shop global di bawah naungan AlibabaGroup.
Kelompok konsumen tersebut, termasuk dari Prancis, Spanyol, Italia dan Belanda. Mereka mengajukan protes kepada regulator nasional untuk menyelidiki sengketa antara penjual dan konsumen.
Organisasi Konsumen Eropa (BEUC), yang mewakili kelompok tersebut, menyebut bahwa Alibaba melanggar undang-undang Uni Eropa dengan memberlakukan ketentuan kepada pengguna untuk menyelesaikan sengketa ke pengadilan arbitrase Hong Kong jika tidak dapat diselesaikan secara damai.
Direktur Jenderal BEUC Monique Goyens menyatakan, konsumen seharusnya memiliki hak untuk membawa kasus ini di negara mereka sendiri.
“Jika Alibaba menargetkan konsumen di pasar UE, ia tidak punya pilihan selain menghormati aturan konsumen UE. Jika tidak, terserah otoritas negara Uni Eropa untuk turun tangan, " kata Goyens, dilansir dari Reuters, Jumat (17/5).
Oleh karenanya, ia meminta otoritas perlindungan konsumen untuk menyelesaikan masalah ini dan segera mengambil tindakan tegas. Mengetahui hal ini, pihak Alibaba masih mempelajari protes tersebut secara hati-hati.
"Kami akan mempelajari protes tersebut dengan hati-hati. Kami akan menerimanya dan siap untuk terlibat dalam diskusi dengan komisi maupun semua otoritas terkait,” terang Juru Bicara Alibaba.
Peningkatan kesejahteraan penduduk Tiongkok mendorong ekspansi bisnis Alibaba ke pasar internasional. Hal ini membantu bisnis asing untuk menyasar konsumen asal China dan menjangkau pembeli asing melalui AliExpress.
Kekuatan bisnis e-commerce, Alibaba telah mendorong pemasaran bisnis baru melalui perpaduan teknologi cloud computing dan strategi digital entertainment.
Sementara pendapatan dari AliExpress baru ini melonjak, namun perusahaan belum menghasilkan uang karena biaya operasional juga meningkat dibarengi persaingan dengan Tencent Holdings Ltd. dan Baidu Inc untuk menyediakan konten berlisensi.