Sumber: Global Times | Editor: S.S. Kurniawan
Kapal induk kedua China juga menjalani pengujian dan pelatihan di Laut China Selatan pada November 2019, sebelum ditugaskan ke Angkatan Laut PLA di Desember 2019.
Ketika kapal induk Shandong meninggalkan galangan kapal di Dalian, Provinsi Liaoning, dan berlayar ke Laut China Selatan untuk uji coba laut dan akhirnya tiba di Sanya untuk upacara komisioning, kapal tersebut melakukan transit melalui Selat Taiwan.
Dari sudut pandang geografis, jika sebuah kapal ingin berlayar antara bagian Utara dan Selatan China, kemungkinan besar akan melalui Selat Taiwan. "Karena itu adalah rute terpendek," ungkap Song.
Ini juga bisa berlaku untuk Tipe 075. "Kapal perang PLA dapat berlayar melalui Selat Taiwan sesuka mereka, dan tidak ada "garis tengah" karena kedua belah pihak adalah wilayah China," imbuhnya.
Baca Juga: Selat Taiwan, titik nyala yang paling berbahaya
Kapal serbu amfibi Tipe 075 milik China, kapal perang terbesar kedua setelah kapal induk, juga mendapat mesin tempur baru. Yakni, drone helikopter yang secara signifikan bisa memperluas kemampuan tempur kapal perang itu.
Menurut foto yang beredar di media sosial, drone helikopter itu terlihat parkir di dek penerbangan Tipe 075 saat berlabuh di Shanghai pada Juli lalu.
Dibanding helikopter Z-8 atau Z-18 yang tepat berada di sebelahnya, ukuran drone helikopter tersebut sekitar setengah dari Z-8 atau Z-18. Itu berarti, panjangnya sekitar 10 meter dan tinggi tiga meter, sebuah drone helikopter yang relatif besar.