kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.440.000   -4.000   -0,28%
  • USD/IDR 15.350   -1,00   -0,01%
  • IDX 7.829   -2,64   -0,03%
  • KOMPAS100 1.196   2,88   0,24%
  • LQ45 970   3,33   0,34%
  • ISSI 228   0,02   0,01%
  • IDX30 495   1,66   0,34%
  • IDXHIDIV20 597   3,35   0,56%
  • IDX80 136   0,44   0,33%
  • IDXV30 140   0,56   0,40%
  • IDXQ30 166   1,10   0,67%

Menanti Langkah Xi Jinping untuk Menggairahkan Lagi Ekonomi China


Rabu, 17 Juli 2024 / 05:27 WIB
Menanti Langkah Xi Jinping untuk Menggairahkan Lagi Ekonomi China
ILUSTRASI. Perekonomian China mencatatkan pertumbuhan jauh lebih lambat dari yang diperkirakan pada kuartal kedua. MARK R. CRISTINO/Pool via REUTERS


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perekonomian China mencatatkan pertumbuhan jauh lebih lambat dari yang diperkirakan pada kuartal kedua. Kondisi ini dipicu oleh penurunan sector properti yang berkepanjangan dan ketidakpastian lapangan kerja di negara tersebut. 

Melansir Reuters, ekonomi terbesar kedua di dunia ini hanya tumbuh 4,7% pada April-Juni 2024. Ini merupakan pertumbuhan paling lambat sejak kuartal pertama 2023 dan meleset dari perkiraan 5,1% dalam jajak pendapat Reuters. 

Pertumbuhan ini juga melambat dari ekspansi 5,3% pada kuartal sebelumnya.

Yang menjadi perhatian khusus adalah sektor konsumen, dengan pertumbuhan penjualan ritel merosot ke level terendah 18 bulan. Tekanan deflasi memaksa bisnis untuk memangkas harga barang-barang mulai dari mobil, makanan, hingga pakaian.

“Secara keseluruhan, data PDB yang mengecewakan menunjukkan bahwa jalan untuk mencapai target pertumbuhan 5% masih menantang,” kata Lynn Song, kepala ekonom untuk Greater China di ING.

Dia menambahkan, “Efek kekayaan negatif dari jatuhnya harga properti dan saham, serta pertumbuhan upah yang rendah di tengah-tengah pemangkasan biaya di berbagai industri menyeret konsumsi dan menyebabkan pergeseran dari pembelian tiket besar ke arah konsumsi bertema 'makan, minum, dan bermain',” tambahnya.

Baca Juga: Ekonomi Global Tumbuh Moderat, IMF Revisi Target Pertumbuhan di AS, Eropa dan China

Krisis properti yang telah berlangsung selama bertahun-tahun di China, terpuruk semakin dalam pada  Juni karena harga-harga rumah baru turun dengan laju tercepat dalam sembilan tahun terakhir.

Hal tersebut memukul kepercayaan konsumen dan membatasi kemampuan pemerintah daerah yang sarat dengan hutang untuk menghasilkan dana segar melalui penjualan tanah.

Para analis memperkirakan bahwa pemotongan hutang dan meningkatkan kepercayaan konsumen akan menjadi fokus utama dari pertemuan para pemimpin ekonomi utama di Beijing minggu ini.

Pemerintah China menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5% untuk tahun 2024, sebuah target yang menurut banyak analis terlalu ambisius dan mungkin membutuhkan lebih banyak stimulus.

Perlambatan pertumbuhan yang lebih tajam dari perkiraan pada kuartal kedua mendorong Goldman Sachs untuk menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2024 menjadi 4,9% dari sebelumnya 5%.

Baca Juga: Permintaan China Meningkat, Harga Batubara di Semester II Berpotensi Melonjak

“Untuk mengatasi lemahnya permintaan domestik, kami percaya pelonggaran kebijakan lebih lanjut diperlukan sepanjang sisa tahun ini, terutama di sisi fiskal dan perumahan,” kata para ekonom Goldman Sachs, yang dipimpin oleh Lisheng Wang, dalam sebuah catatan pada hari Senin.

Menanti Langkah Xi Jinping

Mengutip BBC, Presiden China Xi Jinping akan memimpin pertemuan tertutup yang dihadiri lebih dari 370 anggota Partai Komunis China yang kerap dikenal dengan nama Rapat Pleno pada minggu ini.

Pertemuan ini pertaruhannya sangat besar. Rapat tersebut berlangsung setiap lima tahun sekali dan dikenal sebagai pertemuan pleno ketiga di China. 

Secara historis, pertemuan ini merupakan platform bagi kepemimpinan partai untuk mengumumkan reformasi ekonomi utama dan arahan kebijakan.

Hasil-hasil Rapat Pleno China sebelumnya telah mengubah arah sejarah negara tersebut. Misalnya saja, pada tahun 1978, pemimpin saat itu, Deng Xiaoping, mulai membuka pasar China kepada dunia. Kemudian, pada tahun 2013, Presiden China Xi Jinping mengisyaratkan untuk melonggarkan kebijakan satu anak yang kontroversial.

Berdasarkan hal tersebut, ada ekspektasi besar terhadap Rapat Plenum tahun ini.

Narasi di sejumlah media yang dikontrol negara tentu saja menggembirakan.

Sebuah editorial di The Global Times mengatakan bahwa “berbagai macam kebijakan yang berfokus pada reformasi” adalah “prioritas utama” dan akan mengantarkan China ke “babak baru”. 

Xinhua merujuk pada reformasi yang “komprehensif” dan “belum pernah terjadi sebelumnya”. 

Baca Juga: Laba Swatch Group Turun 70% karena Perlambatan Ekonomi China

Tajuk rencana di People's Daily berjudul “era baru reformasi dan keterbukaan”, menggunakan frasa yang sama dengan yang dicetuskan oleh Deng pada tahun 1978.

Namun, para pengamat tidak yakin berapa banyak ruang yang tersedia untuk ide-ide berani atau perdebatan di dalam Partai di bawah kepemimpinan Xi yang sangat terpusat. Beberapa orang melihat pertemuan ini hanya sebagai latihan stempel untuk keputusan-keputusan yang telah dibuat.

Para ekonom juga skeptis bahwa pertemuan ini akan memberikan perbaikan yang cepat.

"Pertemuan ini memiliki sedikit dampak pada pertumbuhan jangka pendek,” kata Qian Wang, kepala ekonom Asia Pasifik di Vanguard kepada BBC. 

Meski begitu, para analis akan tetap mengamati pengumuman-pengumuman yang menandakan prioritas-prioritas ekonomi Partai Komunis Tiongkok.




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×