Sumber: Express.co.uk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Laksamana Richard bersikeras AS harus mengambil tindakan hari ini untuk memposisikan dirinya untuk masa depan.
"Ada kemungkinan nyata bahwa krisis regional dengan Rusia atau China dapat meningkat dengan cepat menjadi konflik yang melibatkan senjata nuklir, jika mereka merasa kerugian konvensional akan mengancam rezim atau negara," jelasnya seperti yang dikutip Express.co.uk.
Laksamana Richard memperingatkan Rusia dan China terus membangun kemampuan dan mengerahkan diri secara global.
Dia mengatakan Moskow telah secara agresif memodernisasi kekuatan nuklirnya selama lebih dari satu dekade.
Baca Juga: Joe Biden tunda penjualan jet tempur F-35 canggih ke Uni Emirat Arab
"Ini adalah modernisasi pembom, rudal balistik antarbenua (ICBM), rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM), kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir, sistem peringatan, kemampuan komando dan kontrol (C2), dan doktrin untuk mendukungnya. Modernisasi ini sekitar 70 persen selesai dan akan segera direalisasikan dalam beberapa tahun," tambahnya.
Selain itu, tambahnya, Rusia juga sedang membangun sistem baru dan baru, seperti kendaraan luncur hipersonik, torpedo dan rudal jelajah bertenaga nuklir dan nuklir, dan kemampuan lainnya.
Baca Juga: Respons China, Taiwan gelar latihan jet tempur dengan skenario perang
Dan dia memperingatkan agar tidak meremehkan Beijing yang tidak boleh disalahartikan sebagai kasus 'yang lebih rendah'.
"Lebih lanjut, persediaan senjata nuklir China diharapkan meningkat dua kali lipat (jika tidak tiga kali lipat atau empat kali lipat) selama dekade berikutnya," kata Laksamana Richard.