Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin (BTC) saat ini diperdagangkan di kisaran US$108.924, setelah menyentuh level tertinggi intraday US$110.392 pada Kamis.
Meskipun sempat reli 5% dalam 48 jam terakhir, harga BTC masih gagal menembus all-time high (ATH) di US$112.000 yang terbentuk sebelumnya.
Dalam time frame 1 jam, pergerakan harga Bitcoin membentuk pola lower high dan lower low, mengindikasikan tren penurunan jangka pendek sejak menyentuh level tertinggi tiga minggu di US$110.300 pada Rabu lalu.
Seiring berjalannya waktu menuju akhir pekan, Bitcoin masih belum menunjukkan kekuatan untuk menembus resistensi utama di US$112.000.
Baca Juga: Jumlah Pemilik Dompet Bitcoin dengan Saldo di Atas Rp 16 Miliar Melonjak
Minimnya Permintaan Spot Jadi Penghambat
Meskipun harga mengalami lonjakan, data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView menunjukkan bahwa pergerakan ini tidak didukung oleh volume pembelian yang kuat di pasar spot.
Indikator spot volume delta – yang mengukur selisih bersih antara volume beli dan jual – masih menunjukkan angka negatif, menandakan bahwa tekanan beli tidak cukup untuk menopang reli.
"BTC memang mengalami breakout, tapi di mana permintaan spot-nya?" tulis Swissblock Technologies di platform X.
"Tanpa permintaan nyata, breakout akan kehabisan tenaga. Kita butuh pembeli untuk menjaga momentum harga."
Musim Sepi Volume Jadi Tantangan Tambahan
Menurut riset dari K33 Research, periode Juni hingga Oktober cenderung menunjukkan volume perdagangan spot yang rendah, dengan bulan Juli secara historis hanya menyumbang sekitar 6,1% dari total volume tahunan.
Musim "kering" ini bisa menjadi penghambat utama bagi Bitcoin untuk mencetak rekor harga baru.
“Meski Juli 2025 membawa sejumlah katalis potensial seperti rancangan anggaran Trump, keputusan tarif, dan tenggat waktu eksekutif order kripto, pola musiman menunjukkan pasar kemungkinan tetap lesu dalam volume dan volatilitas,” tulis K33 Research.
Baca Juga: Bhutan Setor Bitcoin Rp 242 Miliar ke Binance, Tanda-Tanda Akan Jual?
Sentimen Pasar Masuk Zona “Greed”, Waspadai Koreksi
Lonjakan harga Bitcoin ke atas US$110.000 juga memicu euforia di kalangan trader ritel. Data dari Santiment menunjukkan bahwa sentimen pasar saat ini berada di level “greed” atau keserakahan, yaitu pada angka 73 dalam indeks Fear & Greed.
“Masyarakat kripto resmi beralih dari FUD ke FOMO setelah BTC mencapai US$109.8K,” tulis Santiment di X.
Secara historis, ketika pasar menunjukkan optimisme berlebihan, harga cenderung mengalami koreksi atau konsolidasi karena investor besar (institusi) mengambil keuntungan dari kondisi overbought.
Indikator Relative Strength Index (RSI) Bitcoin juga menunjukkan kondisi mendekati overbought pada 4 dari 6 time frame utama, memperkuat kemungkinan adanya koreksi jangka pendek.