kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengenal Paxlovid, Pengobatan Pertama untuk Covid-19 dalam Bentuk Pil


Kamis, 23 Desember 2021 / 23:15 WIB
Mengenal Paxlovid, Pengobatan Pertama untuk Covid-19 dalam Bentuk Pil


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), Rabu (22/12), mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat (EUA) untuk Paxlovid buatan Pfizer buat pengobatan Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang.

Paxlovid adalah tablet nirmatrelvir dan ritonavir yang dikemas bersama untuk penggunaan oral atau diminum. Pemberiannya untuk pasien Covid-19 dewasa dan anak usia 12 tahun ke atas dengan berat setidaknya 40 kilogram.

"Yang berisiko tinggi untuk berkembang menjadi Covid-19 yang parah, termasuk rawat inap atau kematian," kata FDA dalam pernyataan di situs resmi mereka. 

Menurut FDA, Paxlovid hanya tersedia dengan resep dokter dan harus diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis Covid-19 serta dalam waktu lima hari pasca timbulnya gejala.

Baca Juga: Penelitian Terbaru di Inggris: Tingkat Keparahan Omicron Lebih Ringan dari Delta

“Otorisasi ini memperkenalkan pengobatan pertama untuk Covid-19 dalam bentuk pil yang diminum secara oral, langkah maju yang besar dalam memerangi pandemi global,” kata Patrizia Cavazzoni, Direktur Pusat Penelitian dan Evaluasi Obat FDA. 

“Otorisasi ini menyediakan alat baru untuk memerangi Covid-19 pada saat yang genting dalam pandemi, ketika varian baru muncul dan menjanjikan untuk membuat pengobatan antivirus lebih mudah diakses oleh pasien yang berisiko tinggi untuk berkembang menjadi Covid-19 yang parah,” ungkapnya.

Hanya, FDA menegaskan, Paxlovid tidak diizinkan untuk pencegahan pra-pajanan atawa pasca-pajanan Covid-19. Atau, untuk memulai pengobatan pada mereka yang memerlukan rawat inap karena Covid-19 yang parah atau kritis. 

Dan, FDA dengan tegas menyatakan, Paxlovid bukanlah pengganti vaksin pada individu yang direkomendasikan untuk vaksinasi Covid-19 dan dosis booster. 

Baca Juga: Omicron Menyebar dengan Cepat di Italia, Sumbang 28% dari Total Kasus

Cara kerja Paxlovid  

FDA menjelaskan, Paxlovid terdiri dari nirmatrelvir, yang menghambat protein SARS-CoV-2 untuk menghentikan replikasi virus. 

Dan ritonavir, yang memperlambat pemecahan nirmatrelvir untuk membantunya tetap berada di dalam tubuh untuk waktu yang lebih lama pada konsentrasi yang lebih tinggi. 

Paxlovid berisi dua tablet nirmatrelvir dan satu tablet ritonavir, diminum bersamaan dua kali sehari selama lima hari. Jadi, Paxlovid tidak boleh diberikan lebih dari lima hari berturut-turut.

Baca Juga: Kasus Omicron di Indonesia Terus Bertambah, Kenali Lagi Gejala Varian Ini

Efek samping Paxlovid 

Menurut FDA, kemungkinan efek samping Paxlovid termasuk gangguan indera perasa, diare, tekanan darah tinggi, dan nyeri otot. 

Menggunakan Paxlovid pada saat yang sama dengan obat-obatan tertentu lainnya bisa mengakibatkan interaksi obat yang berpotensi signifikan. 

Lalu, mengonsumsi Paxlovid pada orang dengan infeksi HIV-1 yang tidak terkontrol atau tak terdiagnosis bisa menyebabkan resistensi obat HIV-1. 

Ritonavir juga bisa menyebabkan kerusakan hati. "Jadi, harus berhati-hati saat memberikan Paxlovid kepada pasien dengan penyakit hati, kelainan enzim hati, atau peradangan hati," imbuh FDA.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×