kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.144   56,00   0,35%
  • IDX 7.090   106,44   1,52%
  • KOMPAS100 1.059   18,57   1,79%
  • LQ45 832   15,44   1,89%
  • ISSI 215   2,37   1,12%
  • IDX30 424   8,09   1,94%
  • IDXHIDIV20 511   9,36   1,87%
  • IDX80 121   2,07   1,75%
  • IDXV30 125   0,81   0,65%
  • IDXQ30 142   2,54   1,83%

Menilik Dampak Pembatasan Covid-19 Terhadap Olahraga dan Bisnis Ekonomi China


Minggu, 04 Desember 2022 / 13:52 WIB
Menilik Dampak Pembatasan Covid-19 Terhadap Olahraga dan Bisnis Ekonomi China
ILUSTRASI. Aktivitas ekonomi China makin lesu akibat pandemi Covid-19 yang merebak. ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie/rwa.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Aktivitas ekonomi China makin lesu akibat pandemi Covid-19 yang merebak. Kebijakan pembatasan Covid disinyalir menjadi penyebab utama. Pembatasan Covid berdampak pada beberapa lini bisnis ekonomi di negeri Tirai Bambu, termasuk sektor olahraga.

Seperti dilansir BBC, gelaran Formula 1 dibatalkan tahun 2023 sebagai akibat dari kebijakan pembatasan Covid yang ditempuh oleh pemerintah China.

Pembatasan Covid berdampak pada rencana Formula 1. Awalnya, Formula 1 dijadwalkan akan kembali digelar di China pada 16 April 2023, setelah China terakhir menggelar Formula 1 pada 2019. 

Baca Juga: IMF: Inflasi dan Perlambatan Ekonomi China Sangat Berisiko Bagi Asia

Kebijakan Zero Covid China telah membuat pihak penyelenggara Formula 1 memutuskan tidak menggelar balapan. Sebab utamanya, para pihak Formula 1 tidak diberikan pengecualian dari persyaratan karantina apabila menderita infeksi Covid-19.

Formula 1 merasa tidak dapat meminta tim untuk pergi ke China untuk balapan di Shanghai dengan risiko staf dapat ditahan selama berhari-hari untuk karantina apabila mereka tertular virus corona.

Adapun, aturan terbaru China menghimbau siapa pun yang terinfeksi Covid-19 harus menghabiskan waktu lima hari di pusat isolasi, ditambah tiga hari isolasi di rumah.

Selain Formula 1, pembatasan Covid-19 juga berdampak pada final badminton World Tour yang dipindahkan dari China ke Thailand. 

Bangkok Post melaporkan, China tidak lagi menjadi tuan rumah Final World Tour Bulu Tangkis akhir musim Desember ini karena pandemi Covid-19.

Adapun, sebelumnya Federasi Bulu Tangkis Dunia merencanakan China sebagai sebagai tuan rumah dengan dana senilai US$ 1,5 juta yang akan digelar di Guangzhou antara 14 - 18 Desember 2022.

Akan tetapi, acara final diputuskan dipindahkan ke Bangkok, Thailand. Sebagai informasi, China telah membatalkan hampir semua kompetisi olahraga internasional sejak Covid muncul di sana pada 2019.

Selain ke sektor olahraga, pembatasan Covid berdampak juga pada lini bisnis China. Pertumbuhan penjualan ritel di China menurun pada September 2022.

Bloomberg melaporkan, penggunaan kereta bawah tanah di kota-kota besar turun sebanyak 91% selama beberapa hari. 

Adapun, The Guardian menyebut, aktivitas pabrik di China merosot selama dua bulan terakhir. Lebih dari 80% pabrik di China juga menghadapi kekurangan tenaga kerja di tahun ini. 

Baca Juga: Langkah Terbaru China Melawan Pagebluk Covid-19

Ekspor China juga menurun 0,3% secara tahunan di bulan Oktober. Pembatasan Covid menghambat kemampuan produsen China untuk membuat dan mengekspor barang ke seluruh dunia. Kerusuhan terkait pembatasan Covid-19 juga berdampak pada kemampuan perusahaan global untuk memenuhi permintaan.

Menurut analisis TF Securities Ming-Chi Kuo mengatakan, pengiriman Apple iPhone 14 Pro dan Pro Max bisa gagal hingga 20 juta unit saat memasuki periode Natal.

Kerusuhan pabrik Foxconn di Zhengzhou yang menjadi satu-satunya produsen iPhone terbesar di dunia dipicu oleh pembatasan lokal dan perselisihan tentang gaji dan kondisi kerja. 

Beberapa analis memperkirakan bahwa keresahan pekerja di pabrik dapat merugikan Apple hingga US$ 1 miliar per minggu.

Pembatasan dan kerusuhan lebih lanjut dapat memperlambat produksi dan permintaan China untuk komoditas yang digunakan untuk membuat barang-barang manufaktur juga berkurang.

Selain itu, prospek pertumbuhan ekonomi China semakin gelap. Ekonom memperkirakan kondisi akan bertahan hingga tahun 2023 karena langkah China mengambil pendekatan pembatasan. Dikutip dari Bloomberg pada Jumat (28/10), survei terbaru Bloomberg menunjukkan, tingkat pertumbuhan ekonomi di China akan berada di bawah 5% per tahun sampai tahun 2024.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×