Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tri Adi
Pepatah mengatakan, gantungkanlah cita-citamu setinggi langit. Kiran Mazumdar-Shaw memang punya cita-cita menjadi dokter. Namun karena keterbatasan dana, wanita berkebangsaan India ini pun mengikuti nasihat sang ayah, menjadi ahli peramu minuman beralkohol. Studi bidang ilmu fermentasi pun dilakoninya, jauh dari negeri asalnya, yakni di Australia. Pada bidang tersebut, Kiran ternyata menjadi sangat mumpuni. Dia pun kebanjiran tawaran pekerjaan.
Kiran Mazumdar-Shaw adalah salah satu contoh perempuan sukses di India. Namanya masuk jajaran miliarder negeri tersebut. Mesin uangnya dari perusahaan biofarmasi dan bioteknologi bernama Biocon Ltd.
Merintis usaha dari bawah, menambah spesial status miliarder yang disandang wanita berusia 64 tahun itu. Tidak heran jika ia dianggap sebagai salah satu tokoh perempuan paling menginspirasi.
Perjalanan hidup Kiran awalnya terlihat biasa saja. Sejak remaja, Kiran menyukai bidang biologi dan bercita-cita menjadi seorang dokter.
Pekerjaan sang ayah sebagai seorang ahli pembuat minuman beralkohol di Unuted Breweries, Bangalore India, hanya sedikit membantu kebutuhan finansial Kiran untuk menggapai cita-citanya. Mau tak mau, Kiran membutuhkan bantuan beasiswa untuk bisa melanjutkan studi.
Namun Tuhan punya rencana lain. Kiran harus mengubur mimpinya menjadi tenaga medis, karena tak mendapatkan beasiswa.
Sang ayah lantas membujuk putrinya tersebut mendalami dunia yang sama dengan dirinya, yaitu menjadi ahli pembuat minuman beralkohol. Kiran disarankan mengambil pendidikan di bidang ilmu fermentasi.
Lantaran tak lagi memiliki banyak pilihan, nasihat sang ayah pun diamini. Pada tahun 1974, dia pergi ke Australia untuk belajar ilmu fermentasi di Ballarat Collage. Di kelas, Kiran menjadi satu-satunya pelajar putri.
Siapa sangka, bakat terpendam Kiran justru terasah. Dia merupakan mahasiswa dengan nilai tertinggi di kelasnya. Setelah lulus, Kiran pun mendapat beberapa tawaran pekerjaan sekaligus di sejumlah perusahaan minuman beralkohol.
Kiran tercatat menjadi instruktur bagi para pembuat minuman di Carlton and United Breweries, Melbourne. Selain itu, dia juga menjadi pelatih pengolahan gandum di Barrett Brothers and Burston Australia.
Namun tidak cuma di kedua perusahaan itu saja Kiran bekerja. Dia juga menjadi konsultan di sejumlah perusahaan minuman di negara asalnya, India. Misalnya di Jupiter Breweries Limited yang bermarkas di Kalkuta, dan Standard Maltings Corporation yang berlokasi di Baroda.
Setelah beberapa tahun bekerja di sejumlah perusahaan minuman di Australia dan India, Kiran memutuskan menetap kembali ke India. Dia ingin lebih fokus mengejar karier sebagai master brewer di India.
Sayang, masalah diskriminasi gender mengadang ambisinya. Di India, posisi yang diidamkannya bukanlah suatu hal yang biasa bagi seorang perempuan. Profesi tersebut dinilai menjadi domain kaum adam.
Bila masih mengidamkan pekerjaan sebagai master brewer, mau tidak mau Kiran harus hijrah dari India. Setelah mencoba mencari pekerjaan serupa di luar negeri, akhirnya ia mendapat pinangan dari sebuah perusahaan di Skotlandia. Negeri tersebut memang terbilang lebih ramah bagi perempuan yang ingin membangun karier di industri minuman beralkohol.
Lagi-lagi, misteri takdir Tuhan mengubah segalanya. Kiran memang tidak ditakdirkan menghabiskan umurnya sebagai master brewer.
Saat dalam persiapan menuju Eropa, Kiran bertemu dengan Leslie Auchuncloss, pendiri perusahaan bioteknologi asal Irlandia, Biocon Biochemicals Ltd. Leslie melihat potensi besar yang dimiliki Kiran, baik sebagai seorang ilmuwan maupun pebisnis. Dia lantas mengajukan penawaran yang tak bisa ditolak Kiran. Tawaran Leslie inilah yang dikemudian hari menjadikan Kiran sebagai miliarder dengan kekayaan US$ 2,1 miliar.
(Bersambung)