kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.978.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.488   0,00   0,00%
  • IDX 7.830   -121,60   -1,53%
  • KOMPAS100 1.089   -17,02   -1,54%
  • LQ45 797   -14,45   -1,78%
  • ISSI 265   -3,29   -1,23%
  • IDX30 413   -7,90   -1,88%
  • IDXHIDIV20 481   -7,60   -1,56%
  • IDX80 120   -2,17   -1,77%
  • IDXV30 129   -2,94   -2,22%
  • IDXQ30 134   -2,35   -1,73%

Menteri Perdagangan India: New Delhi Tak akan Tunduk kepada AS karena Tarif


Senin, 01 September 2025 / 05:11 WIB
Menteri Perdagangan India: New Delhi Tak akan Tunduk kepada AS karena Tarif
ILUSTRASI. Menteri Perdagangan India menegaskan, negaranya bermaksud merebut pasar baru dan tidak akan tunduk atau terlihat lemah di hadapan AS. REUTERS/Eduardo Munoz


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Menteri Perdagangan India menegaskan, negaranya bermaksud merebut pasar baru dan tidak akan tunduk atau terlihat lemah di hadapan AS. 

Ini merupakan pernyataan publik pertamanya sejak tarif tinggi 50% AS untuk barang-barang India mulai berlaku.

Mengutip Reuters, berbicara di sebuah acara industri konstruksi di New Delhi pada hari Jumat, Piyush Goyal mengatakan India selalu siap jika ada yang ingin memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan negaranya. Namun, ia menambahkan, India "tidak akan tunduk atau terlihat lemah".

"Kami akan terus bergerak bersama dan merebut pasar-pasar baru," tegasnya.

Pernyataan tersebut muncul ketika tarif tinggi atas banyak impor India ke AS mulai berlaku minggu ini sebagai hukuman atas pembelian besar-besaran minyak Rusia oleh New Delhi. 

Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya AS untuk menekan Moskow agar mengakhiri perang lebih dari tiga tahun di Ukraina.

Sejak kembali ke Gedung Putih tahun ini, Presiden AS Donald Trump telah menggunakan tarif sebagai alat kebijakan yang luas, di mana pungutan tersebut mengacaukan perdagangan global.

Baca Juga: India dan China Sepakat Tingkatkan Hubungan Dagang di Tengah Tekanan AS

Serangan tarif terbaru dari Trump telah menegangkan hubungan AS-India. New Delhi sebelumnya mengkritik pungutan tersebut sebagai kebijakan yang tidak adil, tidak dapat dibenarkan, dan tidak masuk akal.

Perundingan perdagangan antara kedua negara tersendat terkait pasar pertanian dan susu.

Trump menginginkan akses AS yang lebih besar, sementara Perdana Menteri India Narendra Modi bertekad untuk melindungi para petani India, sebuah blok pemilih yang besar.

AS adalah tujuan ekspor utama India pada tahun 2024, dengan pengiriman senilai US$ 87,3 miliar.

Para analis telah memperingatkan bahwa bea masuk sebesar 50% serupa dengan embargo perdagangan dan kemungkinan akan merugikan perusahaan-perusahaan kecil.

Eksportir tekstil, makanan laut, dan perhiasan dilaporkan telah membatalkan pesanan AS di tengah kerugian dari pesaing seperti Bangladesh dan Vietnam, yang meningkatkan kekhawatiran akan PHK besar-besaran.

Goyal mengatakan pada hari Jumat bahwa pemerintah akan merilis beberapa langkah dalam beberapa hari mendatang untuk mendukung setiap sektor dan meningkatkan ekspor. 

"Saya dapat mengatakan dengan yakin bahwa ekspor India tahun ini akan melampaui angka 2024-25," tegasnya.

Tonton: China Borong Emas Hitam Rusia Usai India Kurangi Pembelian

Sementara itu, beberapa hari setelah tarif AS terhadap India mulai berlaku, Pengadilan Banding AS untuk Sirkuit Federal di Washington, DC, sebagian besar telah menguatkan keputusan bulan Mei yang menyatakan Trump telah melampaui kewenangannya dalam mengenakan tarif universal kepada semua mitra dagang AS.

Trump telah menggunakan Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional untuk membenarkan langkah tersebut, dengan mengklaim bahwa defisit perdagangan dengan negara lain merupakan "darurat nasional".

Namun, pengadilan banding mempertanyakan logika tersebut dalam keputusan hari Jumat, dengan menolak tarif menyeluruh tersebut.

Pemerintahan Trump diperkirakan akan mengajukan banding ke Mahkamah Agung, dan oleh karena itu pengadilan banding menyatakan bahwa kebijakan tarifnya dapat tetap berlaku hingga 14 Oktober.

Selanjutnya: Investor Antisipasi Situasi Terkini, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini




TERBARU

[X]
×