Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Kondisi pandemi corona (Covid-19) tidak menghalangi perusahaan - perusahaan untuk melantai di bursa efek (IPO) China. Bahkan, pasar saham di China terus bergeliat hingga Juni 2020.
Sebanyak 118 perusahaan go public di Shanghai dan Shenzhe tahun ini. Mereka kumpulkan dana IPO sekitar US$ 20 miliar hingga Juni 2020 atau lebih dari dua kali lipat realisasi tahun lalu.
Baca Juga: Pemulihan ekonomi Amerika Serikat diprediksi bakal terus mengalami kemunduran
"Covid-19 memiliki dampak yang tidak signifikan pada kegiatan IPO di China. Saham baru di Tiongkok biasanya melonjak pada hari debut. Hal ini mengembangkan sekelompok investor dengan selera yang kuat," kata Kepala IPO China Terence Ho, dilansir dari Bloomberg Jumat (24/7).
Di bursa efek China, listing baru sering melonjak hingga batas 44% pada hari pertama perdagangan mereka. Shanghai telah menjadi tempat listing nomor satu di dunia, mengalahkan New York dan Hong Kong.
Seperti diketahui, menjual saham kepada publik telah lama menjadi cara yang menguntungkan bagi pemilik perusahaan di China untuk mengumpulkan pundi - pundi kekayaan mereka.
Bloomberg mencatatkan, sepanjang tahun 2020 terakhir, para miliarder China memiliki kekayaan gabungan sebesar US$ 70 miliar pada pertengahan Juli. Sebagian besar dari industri perawatan kesehatan dan teknologi, beberapa sektor yang telah melakukan yang terbaik selama pandemi.
Baca Juga: AS: Militer China gunakan konsulat di Houston untuk mencuri hasil penelitian
"Kami mengharapkan perusahaan dari industri yang tidak terkena corona terus mendominasi IPO hingga tahun depan. Misalnya, dari ekosistem teknologi, layanan kesehatan dan pendidikan online," kata Wakil Ketua dan Kepala China di Perbankan Global UBS John Lee.
Pengusaha China menjadi kelompok miliarder terbesar kedua di dunia pada 2018, menyalip Rusia, dengan kekayaan mereka lebih dari tiga kali lipat dalam lima tahun ke US$ 982.40 miliar, menurut laporan UBS Group AG November.