Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. CEO Meta, Mark Zuckerberg, pada hari Minggu (19/2) mengumumkan bahwa perusahaannya akan merilis layanan berbayar untuk dua media sosial andalan mereka, Instagram dan Facebook.
Dijelaskan bahwa fitur berbayar ini akan bernama Meta Verified. Sederhananya, para pengguna yang berlangganan akan mendapat tanda atau lencana khusus untuk mendapatkan perlindungan ekstra dari akun peniru.
"Meta Terverifikasi mulai dari US$11,99 (Rp 182 ribuan) per bulan di Web atau US$14,99 (Rp 227 ribuan) per bulan di iOS Apple. Layanan ini akan diluncurkan pertama kali di Australia dan Selandia Baru minggu ini dan secepatnya di negara lain," tulis Zuckerberg dalam akun Facebook pribadinya, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Elon Musk Curhat Tentang Posisinya di Twitter, Tanda-tanda Bakal Hengkang?
Selain mendapat jaminan keaslian akun dan terhindar dari akun palsu, para pengguna yang berlangganan juga akan mendapatkan akses langsung menuju layanan pelanggan jika mendapatkan masalah.
Hadirnya Meta Verified ini seolah mengikuti Twitter yang pada bulan Januari lalu juga merilis fitur serupa bernama Twitter Blue secara global.
Lewat Twitter Blue, pada pengguna bisa mendapatkan tanda keaslian akun dengan membayar US$11 atau sekitar Rp 167 ribuan per bulan.
Aplikasi media sosial lain seperti Snapchat dan Telegram juga meluncurkan layanan berlangganan pada tahun 2022 sebagai sumber pendapatan baru.
Baca Juga: Siap-Siap, Meta Beri Sinyal Putaran Baru PHK Karyawan
Alasan itu sepertinya juga jadi latar belakang peluncuran Meta Verified, mengingat perusahaan tersebut memang sedang mengalami kendala finansial dalam beberapa bulan terakhir.
Pada November 2022, Meta melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran kepada sekitar 11.000 karyawannya. Meta dikabarkan akan segera melakukan langkah yang sama dalam beberapa minggu mendatang.
Mengutip laporan Reuters pada 12 Februari lalu, ada ketidakjelasan mengenai anggaran dan jumlah pegawai Meta di masa depan.
Putaran baru PHK ini dilakukan lantaran kinerja raksasa teknologi itu masih lambat dan merangkak hingga memerlukan pemangkasan tenaga kerja.