Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak bergerak stabil pada perdagangan Jumat (5/12/2025), ditopang oleh mandeknya perundingan damai Ukraina, meskipun ekspektasi kelebihan pasokan menahan penguatan lebih lanjut.
Melansir Reuters, harga minyak Brent turun tipis US$0,07 atau 0,1% menjadi US$63,19 per barel pada pukul 12.55 GMT. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah US$0,10 atau 0,2% ke posisi US$59,57 per barel.
Secara mingguan, Brent bergerak mendatar, sementara WTI menuju kenaikan sekitar 1,7%, menandai penguatan dua pekan berturut-turut.
Baca Juga: Harga Emas Naik Imbas Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga, Pasar Cermati Data Ekonomi AS
“Pergerakan harga cukup datar hari ini dan sepanjang pekan berada dalam rentang yang sempit,” kata analis pasar minyak PVM Tamas Vargas.
“Tidak adanya kemajuan dalam pembicaraan damai Ukraina memberikan sentimen bullish, namun produksi OPEC yang tetap kuat menjadi penahan tekanan ke bawah. Dua faktor yang saling bertolak belakang ini membuat pasar terlihat sepi.”
Pengaruh Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed dan Ketegangan Venezuela
Pasar juga menimbang dampak potensi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve serta meningkatnya ketegangan dengan Venezuela, yang keduanya bisa mendongkrak harga minyak.
Dalam survei Reuters pada 28 November—4 Desember, 82% ekonom memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan pekan depan.
Penurunan suku bunga berpotensi memperkuat pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.
Baca Juga: Perjalanan Udara di India Kacau Usai Maskapai IndiGo Batalkan Ratusan Penerbangan
“Ke depan, faktor suplai tetap menjadi fokus. Kesepakatan damai dengan Rusia akan membawa kembali lebih banyak pasokan ke pasar dan menekan harga,” ujar Anh Pham, peneliti senior di LSEG.
“Sebaliknya, setiap eskalasi geopolitik akan mendorong harga naik. OPEC+ juga sepakat mempertahankan produksi hingga awal tahun depan, yang memberi sedikit penopang bagi harga.”
Pasar turut mengantisipasi potensi aksi militer AS ke Venezuela setelah Presiden Donald Trump menyatakan pekan lalu bahwa AS akan segera mengambil tindakan untuk menghentikan aktivitas kartel narkoba di wilayah tersebut.
Menurut Rystad Energy, langkah ini dapat mengancam produksi minyak Venezuela sekitar 1,1 juta barel per hari, yang sebagian besar dikirim ke China.
Kelebihan Pasokan Mulai Membayangi
Sejumlah faktor geopolitik tersebut menjaga harga tetap bertahan, meski surplus pasokan semakin nyata.
Baca Juga: Rusia Blokir Snapchat Hingga Roblox
Arab Saudi tercatat menurunkan harga jual resmi (OSP) untuk minyak Arab Light pengiriman Januari ke Asia ke level terendah dalam lima tahun, menurut dokumen yang dilihat Reuters pada Kamis. Langkah ini mencerminkan adanya kelebihan pasokan di pasar.
Kegagalan pertemuan pejabat AS di Moskow untuk mencapai terobosan terkait perang Ukraina yang berpotensi membuka kembali akses minyak Rusia ke pasar global juga memberikan dukungan bagi harga pada pekan ini.













