Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia bergerak datar pada Selasa (23/9/2025), seiring pelaku pasar menimbang risiko pasokan akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Rusia.
Sementara kekhawatiran tarif perdagangan yang dapat menekan permintaan bahan bakar masih membayangi.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Melemah 0,2% di Awal Pekan, Terseret Peningkatan Ekspor Irak
Melansir Reuters, kontrak berjangka minyak Brent tercatat stabil di level US$66,56 per barel pada pukul 00.41 GMT.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik tipis 2 sen menjadi US$62,29 per barel.
Situasi di Gaza kembali memanas. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan dua rumah sakit di Kota Gaza berhenti beroperasi akibat serangan darat Israel dan kerusakan dari serangan udara berkelanjutan.
Baca Juga: Harga Minyak Menguat di Tengah Ketegangan Eropa dan Timur Tengah
Tank-tank Israel disebut semakin masuk ke wilayah padat penduduk tersebut.
Di sisi diplomatik, puluhan pemimpin dunia berkumpul di PBB pada Senin untuk mendukung pengakuan negara Palestina.
Langkah tersebut dinilai bersejarah, meski menghadapi penolakan keras dari Israel dan sekutunya, Amerika Serikat.
Di Eropa, risiko pasokan energi kian mencuat. Ukraina dalam beberapa pekan terakhir meningkatkan serangan drone ke fasilitas energi Rusia, termasuk kilang dan terminal ekspor.
Sementara Uni Eropa berencana mempercepat larangan impor LNG Rusia setahun lebih awal sebagai bagian dari paket sanksi ke-19, setelah mendapat tekanan dari Presiden AS Donald Trump.
“Pergerakan harga minyak relatif datar karena pasar masih mencerna dampak upaya Uni Eropa membatasi pasokan Rusia,” kata analis ANZ, Daniel Hynes, dalam sebuah catatan.
Baca Juga: Pengakuan Palestina Kian Luas, Israel Ancam Balas dengan Aneksasi
Ketegangan juga meningkat di Eropa Timur. NATO menuding Rusia melanggar wilayah udara Estonia dan Polandia, yang menurut Inggris berpotensi memicu konflik bersenjata.
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim pasukannya telah menguasai pemukiman Kalynivske di wilayah Dnipropetrovsk, Ukraina.
Dari sisi fundamental, data Joint Organizations Data Initiative (JODI) menunjukkan ekspor minyak mentah Arab Saudi pada Juli turun ke level terendah dalam empat bulan.
Sebaliknya, Irak yang merupakan produsen terbesar kedua di OPEC justru meningkatkan ekspor sesuai kesepakatan OPEC+, menurut pernyataan perusahaan pemasaran minyak negara itu, SOMO.