Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Harga minyak ditutup melemah tipis di awal pekan karena kekhawatiran kelebihan pasokan melebihi ketegangan geopolitik di Rusia dan Timur Tengah.
Senin (22/9/2025), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman November 2025 ditutup melemah 11 sen atau 0,2% ke US$ 66,57 per barel. Harga acuan global Brent telah diperdagangkan antara US$ 65,50 hingga US$ 69 sejak awal Agustus.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2025, yang berakhir pada hari Senin, ditutup melemah 4 sen atau 0,1% ke level US$ 62,64 per barel. Semenatara, kontrak bulan November 2025 yang lebih aktif diperdagangkan ditutup turun 12 sen atau 0,2% ke level US$ 62,28 per barel.
"Para pedagang kembali berfokus pada kemungkinan kelebihan pasokan di pasar minyak global yang akan segera terjadi, kecuali AS dan Uni Eropa dapat menyepakati tarif yang lebih ketat bagi negara-negara yang membeli minyak mentah Rusia," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.
Irak, produsen terbesar kedua Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), telah meningkatkan ekspor minyak berdasarkan perjanjian OPEC+, kata SOMO, pemasar minyak negara bagian.
Baca Juga: Harga Minyak Menguat di Tengah Ketegangan Eropa dan Timur Tengah
SOMO juga memperkirakan, ekspor September akan berkisar antara 3,4 juta hingga 3,45 juta barel per hari (bph).
Kapasitas produksi minyak mentah Kuwait mencapai 3,2 juta barel per hari, penilaian tertinggi dalam lebih dari 10 tahun, Menteri Perminyakan Tariq Al-Roumi mengatakan kepada surat kabar lokal Al Qabas.
Pasar saham AS, yang sering bergerak beriringan dengan harga minyak, merosot di tengah tindakan keras visa dan spekulasi tentang langkah suku bunga Federal Reserve selanjutnya.
Para pejabat The Fed meragukan perlunya penurunan suku bunga lebih lanjut di saat inflasi masih di atas target bank sentral sebesar 2% dan pasar tenaga kerja masih mendekati tingkat kesempatan kerja penuh.
Biaya pinjaman yang lebih rendah biasanya mendorong permintaan minyak. Ketegangan meningkat di Timur Tengah setelah beberapa negara Barat mengakui negara Palestina, serta di Eropa Timur setelah Estonia mengatakan jet tempur Rusia telah memasuki wilayah udaranya tanpa izin pada hari Jumat.
Namun, tidak satu pun dari perkembangan ini yang mengakibatkan gangguan pasokan minyak secara langsung.
Baca Juga: Wall Street Melemah, Investor Waspadai Kebijakan Visa Trump dan Suku Bunga The Fed
Brent dan WTI ditutup turun lebih dari 1% pada hari Jumat (19/9/2025), menandai sedikit penurunan pekan lalu karena kekhawatiran tentang pasokan yang besar dan penurunan permintaan membebani sentimen.
"Kondisi pasar minyak menunjukkan bahwa permintaan minyak global akan menurun dari kuartal ketiga ke kuartal keempat dan kembali ke kuartal pertama 2026. Di saat yang sama, produksi OPEC+ sedang meningkat," ujar analis SEB.
"Pertanyaan besarnya, tentu saja, apakah Tiongkok akan menimbun surplus yang terus meningkat atau apakah harga minyak akan turun hingga 50-an. Kami yakin yang terakhir." Irak juga telah memberikan persetujuan awal atas rencana untuk melanjutkan ekspor minyak melalui pipa dari wilayah semi-otonom Kurdistan melalui Turki, ungkap beberapa sumber kepada Reuters.