Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
KAIRO. Presiden Mesir Hosni Mubarak menunjuk kepala intelijen negara, Omar Suleiman, sebagai wakil presiden. Ini sebuah pertanda Mubarak mungkin siap menyerahkan kekuasaan setelah protes keras selama sepekan yang menuntut dirinya mundur.
Emad Gad, analis dari Al Ahram Centre for Political and Strategic Studies menyebut, presiden nampaknya mencoba menempatkan negara ini di tangan militer dan intelijen, jika dia meninggalkan kekuasaannya. "Dia harus meninggalkan kekuasaannya atau protes tidak akan berhenti. Tapi tentara tidak akan menyingkirkan presiden," ujarnya.
Penunjukan wakil presiden ini yang pertama sejak Mubarak memegang kekuasan pada 1981 Ini dilakukan setelah kemarin ribuan demonstran berkumpul di pusat Kairo menentang penerapan jam malam militer, dan meletusnya penjarahan di beberapa kota.
Mubarak juga mengangkat Menteri Penerbangan dan mantan komandan angkatan udara Ahmed Shafik sebagai perdana menteri, menggantikan Ahmed Nazif, yang mengundurkan diri hari ini.
Sementara, kemarin, Presiden AS Barack Obama bertemu dengan tim keamanan nasional untuk membahas situasi di Mesir. Dalam pernyataan pers dari Gedung Putih, Obama menegaskan fokus AS menentang kekerasan, mendesak pengendalian diri, dan mendukung langkah konkrit yang memajukan reformasi politik di Mesir.
Para analis, termasuk dari Economist Intelligence Unit yang berbasis di London, menyebutkan Suleiman mungkin sebagai pengganti Mubarak, bersama dengan putra pemimpin politi Gamal Mubarak.