kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,01   -11,51   -1.23%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Negara Asia dituding mengekang kebebasan berekspresi saat corona, Indonesia disebut


Sabtu, 18 Juli 2020 / 09:28 WIB
Negara Asia dituding mengekang kebebasan berekspresi saat corona, Indonesia disebut
ILUSTRASI. Para mahasiswa Yogyakarta saat duduk di pertigaan Kolombo untuk mengheningkan cipta atas matinya demokrasi


Sumber: ABC News | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - PHNOM PENH/JAKARTA. Sok Bolima tahu persis gerak-geriknya sedang diawasi pemerintah ketika sedang memprotes penangkapan suaminya di ibukota Kamboja, Phnom Penh. Tapi pengawasan itu tidak menghentikannya.

Dia tetap berdiri di luar kedutaan Australia dan gedung pengadilan setiap hari Jumat sejak penangkapan, Khim Pheana. Suaminya itu  ditahan setelah memposting informasi di Facebook tentang COVID-19.

Pemerintah menuduh Pheana menghasut dan bisa mendekam 15 tahun hingga 20 tahun penjara. "Orang-orang mengikuti saya. Saya diamati setiap jam dan setiap detik. Saya akan melawan sampai mati di depan pengadilan,” tegas Bolima, mengutip ABC, Jumat (17/7). 

Ia berharap ada pihak yang membantu.  "Semua harapan saya tertuju pada kedutaan. Saya tidak bisa menyisakan harapan untuk pengadilan," katanya saat ia bersiap  membawa protesnya ke Kedutaan Australia dan menyerahkan petisi.

Bolima biasanya bergabung dengan sekelompok kecil wanita, yang suaminya ju ditangkap dalam beberapa bulan terakhir. "Saya adalah satu dari 15 istri yang harus pergi untuk memprotes di depan pengadilan, untuk membuat mereka membatalkan tuntutan terhadap suami-suami  kami," katanya.

Ke-15 orang itu ditangkap dengan tudingan menghasut selama pandemi. Dan mereka berafiliasi dengan partai politik oposisi, Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP),  yang telah dilarang. “Saya kehilangan segalanya: pekerjaan, suami di penjara dan properti. Saya harus berjuang sampai saya mati di depan pengadilan, sampai suami saya dibebaskan,” tegasnya.

Pekan lalu, lima wartawan  Australia yang bekerja untuk jaringan Al Jazeera diinterogasi  polisi Malasia. Mereka membuat sebuah film dokumenter yang membuat marah pihak berwenang.

Apa jawaban Pemerintah Kambojak atas tudingan tersebut?




TERBARU

[X]
×