Sumber: Yahoo Finance,Bloomberg | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Warner Bros. Discovery Inc. dilaporkan telah memasuki tahap negosiasi eksklusif untuk menjual studio film, televisi, dan layanan streaming HBO Max kepada Netflix Inc.
Informasi tersebut disampaikan oleh sejumlah sumber yang mengetahui proses pembicaraan, namun meminta identitasnya dirahasiakan karena sifat diskusi yang privat.
Dalam proposal awal, Netflix disebut menawarkan breakup fee sebesar US$5 miliar apabila kesepakatan gagal mendapatkan persetujuan regulator. Kedua perusahaan dikabarkan dapat mengumumkan kesepakatan dalam beberapa hari mendatang, asalkan negosiasi tidak menemui hambatan.
Baca Juga: Netflix Bidik Warner Bros Discovery, Janjikan Tarif Streaming Lebih Murah
Langkah ini menunjukkan bahwa Netflix kini berada di posisi terdepan, mengalahkan Paramount Skydance Corp. dan Comcast Corp., yang juga bersaing dalam proses akuisisi.
Spinoff CNN, TBS, dan TNT Sebelum Penjualan
Sebelum proses penjualan rampung, Warner Bros. — yang memiliki valuasi total lebih dari US$60 miliar — akan menyelesaikan rencana spinoff sejumlah saluran kabel, termasuk CNN, TBS, dan TNT.
Paramount dalam surat bertanggal 1 Desember berargumen bahwa penawarannya lebih berpeluang lolos dari regulasi di berbagai negara dibandingkan proposal Netflix.
Industri TV Tradisional Terpuruk, Streaming Diuntungkan
Industri televisi linear tengah mengalami penurunan tajam seiring migrasi pemirsa ke layanan streaming, sebuah sektor yang didominasi oleh Netflix. Pada kuartal terakhir, divisi jaringan TV kabel Warner Bros. mencatat penurunan pendapatan 23%, akibat turunnya jumlah pelanggan dan pengalihan belanja iklan.
Analisis Bloomberg Intelligence: Potensi Hambatan Antitrust
Menurut analis Bloomberg Intelligence, Netflix saat ini menjadi kandidat terkuat dibanding Paramount dan Comcast.
Mereka mencatat bahwa tawaran sekitar US$30 per saham mencerminkan valuasi ekuitas yang besar, yakni sekitar US$75 miliar untuk aset Warner. Namun, kombinasi basis pelanggan yang mencapai sekitar 450 juta pengguna berpotensi memicu kekhawatiran antitrust.
Baca Juga: Trafik Membludak, Netflix Down Sesaat Final Season ‘Stranger Things’ Tayang
Netflix dilaporkan mencoba meredakan potensi hambatan regulasi dengan berargumen bahwa akuisisi akan menurunkan harga bagi konsumen melalui model bundling.
Raksasa Streaming vs. Ikon Hollywood
Netflix, yang berdiri hampir tiga dekade lalu sebagai layanan penyewaan DVD — menutup tahun 2024 dengan pendapatan US$39 miliar dan valuasi pasar sekitar US$437 miliar. Warner Bros., yang berdiri sejak 1920-an, juga memiliki pendapatan lebih dari US$39 miliar.
Akuisisi ini akan memberikan Netflix akses ke katalog konten ikonis Warner Bros., memperkuat posisinya dalam persaingan melawan Walt Disney Co. dan Paramount. Namun, kesepakatan tersebut dipastikan akan menghadapi uji tuntas regulasi di AS dan Eropa, dengan sejumlah pihak sudah menyuarakan kekhawatiran.
Politisi AS Soroti Dampak terhadap Konsumen
Anggota Kongres dari California, Darrell Issa, mengirimkan surat kepada regulator AS untuk menolak potensi akuisisi Netflix, dengan alasan risiko terhadap konsumen. Netflix berargumen bahwa salah satu pesaing terbesarnya adalah YouTube milik Alphabet Inc.
Baca Juga: Paramount, Comcast, dan Netflix Ajukan Penawaran Akuisisi Warner Bros Discovery
Senator Utah, Mike Lee, juga menyampaikan kekhawatiran serupa pekan ini.
Hollywood Ketar-ketir
Minat Netflix terhadap Warner Bros. memicu kegelisahan di Hollywood. Selama ini, Netflix dikenal enggan merilis film di bioskop, hanya memberikan penayangan terbatas untuk sebagian judul.
Kekhawatiran muncul bahwa kebijakan tersebut dapat mengubah lanskap distribusi film secara drastis apabila Netflix menguasai studio besar seperti Warner Bros.













