kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.179   1,00   0,01%
  • IDX 7.098   1,24   0,02%
  • KOMPAS100 1.062   -0,62   -0,06%
  • LQ45 835   -0,27   -0,03%
  • ISSI 215   0,10   0,04%
  • IDX30 427   -0,19   -0,04%
  • IDXHIDIV20 515   1,35   0,26%
  • IDX80 121   -0,20   -0,17%
  • IDXV30 125   -0,20   -0,16%
  • IDXQ30 142   0,12   0,08%

Ngeri, dokter di Wuhan harus mempertaruhkan hidup saat menghadapi wabah virus corona


Sabtu, 01 Februari 2020 / 11:31 WIB
Ngeri, dokter di Wuhan harus mempertaruhkan hidup saat menghadapi wabah virus corona
ILUSTRASI. Ilustrasi virus corona. Dokter dan perawat di Wuhan mempertaruhkan hidup mereka dalam menghadapi wabah virus corona. REUTERS/Thomas Peter


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Dokter dan perawat di Wuhan mempertaruhkan hidup mereka dalam menghadapi wabah virus corona. China telah mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memerangi wabah virus corona yang mematikan yang dimulai di pusat kota di China.

Termasuk mengunci provinsi yang berpenduduk 60 juta orang. Tetapi di garis depan pertempuran yakni di bangsal rumah sakit, dokter dan perawat mengatakan mereka kekurangan pasokan kebutuhan dasar dan menghadapi ancaman fisik dari pasien yang panik.

Baca Juga: Duh, jumlah kematian karena virus corona pecahkan rekor baru

Seperti diberitakan South China Morning Post, seorang dokter di rumah sakit Wuhan mengatakan dia tidak berada di rumah selama dua minggu dan bahkan selama shift tengah malam baru-baru ini dia memiliki 150 pasien yang mengantri di klinik rawat jalan.

“Semua pasien gelisah. Beberapa menjadi putus asa setelah menunggu berjam-jam dalam cuaca dingin,” katanya.

"Saya mendengar satu orang di antrian mengatakan dia telah menunggu begitu lama sehingga dia ingin menikam kami. Saya khawatir. Membunuh beberapa dari kita tidak akan mengurangi antrian, kan?” ujarnya.

Baca Juga: Korban virus corona bertambah, AS mulai batasi orang asing masuk wilayahnya

Kekhawatirannya tentang kekerasan bisa dimengerti. Pada hari Rabu, dua dokter di sebuah rumah sakit di Wuhan dipukuli oleh anggota keluarga pasien penderita pneumonia yang disebabkan oleh virus corona. 

Salah satu pakaian pelindung dokter robek di zona yang terinfeksi. 

“Emosi semakin tinggi karena rumah sakit telah berjalan pada kapasitas maksimum sejak awal Januari. Banyak yang tidak dapat menemukan tempat tidur. Tapi apa yang bisa kita lakukan?” Kata dokter, yang meminta namanya tidak dipublikasikan ini.

“Dokter dan perawat bekerja tanpa henti, bahkan shift tengah malam benar-benar penuh. Kami dikelilingi oleh pasien yang batuk di sebelah kami sepanjang malam,” kisahnya.

Hingga Jumat, lebih dari 9.600 orang di daratan China telah dikonfirmasi terinfeksi virus, dengan 213 kematian. Jumlah infeksi telah melampaui angka total yang dilaporkan dalam epidemi sindrom pernapasan akut pada 2002-2003.

Baca Juga: Update Virus Corona: Terjangkit 11.821, tewas 259, sembuh 243 (1/2 - 08:00 WIB)

Organisasi Kesehatan Dunia pada hari Kamis menyatakan wabah di China darurat kesehatan masyarakat global, mengutip potensi virus untuk menyebar ke negara-negara yang tidak memiliki kemampuan untuk menghadapinya.

Beijing mengatakan telah mengerahkan lebih dari 6.000 tenaga medis untuk membantu rekan-rekannya yang kelelahan di provinsi Hubei, di mana Wuhan adalah ibu kotanya. 

Sementara Tentara China yang terdiri dari angkatan laut dan angkatan udara juga telah mengirim dokter untuk memperkuat tiga rumah sakit utama yang merawat pasien di kota tersebut.

Tetapi bahkan setelah 500.000 staf medis di Hubei tetap terpaksa membatalkan liburan Tahun Baru Imlek mereka selama seminggu terakhir.

Baca Juga: Wall Street merah, virus corona dan data ekonomi menghantui

Tak cuma sampai di situ, kurangnya pasokan peralatan medis juga memperberat perjuangan para tenaga medis di sana. Seorang dokter di Rumah Sakit Tongji, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa dia telah mengenakan pakaian pelindung yang sama untuk shift 10 jam.

Hal ini tak lain karena kekurangan pasokan pakaian pelindung. “Roda gigi perlu diganti setiap kali kita keluar dari zona [terinfeksi],” katanya.

“Saya memakai popok dewasa dan mencoba minum lebih sedikit air selama shift, sehingga saya tidak harus pergi ke kamar kecil. Ini biasa dilakukan di antara rekan-rekan saya," ujarnya.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×