Reporter: Mona Tobing | Editor: Catur Ari
Lahir dari keluarga pengusaha, Nicholas atau Nicky F. Oppenheimer mewarisi perusahaan pertambangan berlian terbesar dunia, De Beers. Tiap tahun, De Beers mampu menghasilkan pendapatan US$ 5,9 miliar. Alhasil, pundi-pundi harta Nicky kian penuh dan menjadikannya orang terkaya kedua di Afrika Selatan. Dengan total kekayaan mencapai US$ 6,0 juta, pria berkulit putih ini masuk peringkat 154 orang terkaya dunia versi Forbes.
Secara formal, Nicky F. Oppenheimer tak pernah mempelajari ilmu bisnis saat bersekolah di Inggris. Ia adalah sarjana filsafat dan politik dari Oxford University Christ Church. Usai menyelesaikan sekolahnya hingga pendidikan magister, orang tua Nicky yang berdomisili di Afrika Selatan meminta Nicky pulang ke Johannesburg.
Ayahnya berencana menyerahkan tampuk kepemimpinan perusahaan pertambangannya, De Beers kepada Nicky. Mendapat limpahan tanggung jawab yang besar itu, Nicky lantas berguru pada Ernest Oppenheimer, sang kakek yang yang merupakan pendiri perusahaan berlian terbesar di dunia. Jabatan pertama yang dijalani Nicky adalah menjadi asisten ayahnya.
Meski De Beers telah besar di bawah kepemimpinan kakek dan ayahnya, bukan berarti Nicky berpangku tangan memetik hasil kerja keras pendahulunya. Ia bekerja keras dengan menjadikan De Beers sebagai produsen berlian terbesar di dunia.
Sejak perusahaan berdiri pada tahun 1927 hingga Nicky mengambil alih tampuk pimpinan dari sang ayah, De Beers telah berkembang menjadi perusahaan penghasil berlian internasional satu-satunya di dunia.
Nicky mempertahankan gaya bisnis lama yang merupakan warisan keluarganya, yakni memonopoli pasar. Dia lebih suka membeli dan menimbun berlian yang diproduksi produsen lain.
Ia juga menolak bergabung dengan perusahaan lain dalam menentukan harga yang berakibat terjadi kartel berlian di pasar. Cara ini menjadikan De Beers sebagai produsen berlian independen.
Langkah tersebut memang mendapat kritikan dari banyak orang. Apalagi, tanpa cara-cara itu pun De Beers sudah menjadi perusahaan berlian terbesar dunia. Hingga abad 20, De Beers telah memproduksi 80% berlian di seluruh dunia.
Hingga akhirnya pada tahun 2000, Nicky luluh dengan bersedia bekerja sama dengan pemilik perusahaan barang mewah asal Prancis, Louis Vuitton Moet Hennessy atau yang dikenal dengan Louis Vuitton (LV).
Kerja sama sama De Beers dengan LV dimulai tahun 2001 dengan memproduksi berlian eksklusif.
Brikutnya, De Beers juga membuka butik berlian di London pada tahun 2002, juga dengan nama De Beers. Setahun kemudian, De Beers memperluas pasar mereka ke Asia dengan pertama kali membuka tokonya di Tokyo.
Nicky kemudian juga menjangkau pasar Amerika Serikat dengan membuka toko di 5th Aveneu di New York dan Rodeo Drive di Beverly Hills pada tahun 2005.
Tak butuh waktu lama, De Beers h berhasil menguasai Ukraina, Hong Kong, Macau, Dubai dan Rusia. Bahkan sang Presiden Rusia Vladimir Putin langsung terbang ke Johannesburg, Afrika Selatan untuk bertemu Nicky tahun 2006.
Nicky terus melakukan inovasi untuk membuat perusahaannya tidak hanya sebagai penghasil berlian ternama di dunia. Jika pendahulu Nicky jarang menggunakan media sebagai ajang promosi De Beers, ayah satu putra membangkitkan kembali slogan lama perusahaan sejak tahun 1947, yakni: A Diamond is forever.
Nicky yang juga mengambil kuliah seni saat menjadi mahasiswa juga menciptakan imaji De Beers yang lekat dengan cinta. Ia juga kembali membangkitkan slogan bermakna tentang sebuah komitmen abadi dari berlian di tahun 2008. Kampanye tersebut terbilang sukses, bahkan mendapat julukan sebagai iklan terbaik oleh Advertising Age Magazine.
Meski tidak pernah membangun usaha bisnis dari nol, Nicky telah membuktikan dirinya telah mempertahankan kejayaan perusahaan dan menambah kekayaan keluarganya.
(Bersambung)