Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Platform pertukaran kripto terbesar di Iran, Nobitex, mulai memulihkan layanannya setelah mengalami serangan siber besar-besaran yang dilakukan oleh kelompok peretas pro-Israel, Gonjeshke Darande, awal Juni 2025.
Serangan ini menyebabkan kerugian sekitar US$100 juta (sekitar Rp1,6 triliun) dan menyoroti meningkatnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel.
Follow- up on Nobitex Security Incident, Step-by-step wallet access has begun, 29 June 2025
Please note:
1. This process is being carried out gradually, starting with verified users and initially for spot wallets, followed by other types of wallets.
2. The identity… — Nobitex | نوبیتکس (@nobitexmarket) June 29, 2025
Layanan Bertahap: Prioritas untuk Pengguna Terverifikasi
Dalam pengumuman terbarunya di platform media sosial X (dahulu Twitter), Nobitex menyatakan bahwa layanan penarikan akan dibuka mulai 30 Juni. Namun, layanan lain seperti perdagangan dan deposit akan diluncurkan secara bertahap, tanpa batas waktu yang pasti.
Pihak Nobitex juga menegaskan bahwa hanya pengguna yang telah menyelesaikan proses verifikasi identitas yang akan mendapatkan akses awal, dengan pengguna spot exchange menjadi prioritas utama.
Baca Juga: Survei: 27% Warga Korea Usia 20–50 Tahun Miliki Kripto, 70% Ingin Tambah Investasi
Nobitex memperingatkan pengguna untuk tidak lagi mengirim dana ke alamat dompet lama, karena sistem dompet telah bermigrasi. “Alamat sebelumnya tidak lagi berlaku. Setoran ke alamat lama bisa menyebabkan hilangnya dana secara permanen,” tulis pihak exchange dalam unggahan resminya.
Serangan Bernuansa Politik: Gonjeshke Darande Ambil Tanggung Jawab
Serangan terhadap Nobitex tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga dipandang sebagai tindakan bermotif politik. Kelompok Gonjeshke Darande, yang menyatakan dirinya pro-Israel, mengklaim bertanggung jawab atas peretasan ini dan secara terbuka membakar aset kripto senilai US$90 juta, serta membocorkan kode sumber penuh Nobitex ke publik.
Kelompok ini menuduh Nobitex memiliki hubungan dengan pemerintah Iran dan menyokong aktor-aktor jahat yang telah dijatuhi sanksi internasional.
Menurut laporan dari perusahaan analisis blockchain Chainalysis, Nobitex merupakan tulang punggung ekosistem kripto Iran. Platform ini mencatat arus masuk dana sebesar US$11 miliar, jauh melampaui gabungan sepuluh bursa kripto terbesar Iran lainnya yang hanya mencatatkan US$7,5 miliar.
Chainalysis juga mengungkap bahwa analisis on-chain mereka menemukan keterkaitan Nobitex dengan entitas yang disanksi dan aktivitas mencurigakan lainnya.
Baca Juga: BlackRock Kembali Borong Aset Kripto Ini, Nilainya Lebih dari Rp 400 Miliar
Otoritas Iran Perketat Regulasi Bursa Kripto Domestik
Merespons insiden ini, pemerintah Iran menerapkan pembatasan jam operasional terhadap bursa kripto domestik. Mulai pertengahan Juni, bursa hanya diperbolehkan beroperasi antara pukul 10 pagi hingga 8 malam, sebagai bentuk pengawasan ketat untuk mencegah kejadian serupa.
Insiden Nobitex terjadi di tengah tren global yang mengkhawatirkan: lonjakan serangan siber yang didukung negara. Pada 2025, sejumlah besar kerugian kripto berasal dari peretasan semacam ini.
Salah satunya adalah kasus besar yang menimpa Bybit pada Februari lalu, di mana peretas yang diduga berasal dari Korea Utara mencuri dana senilai US$1,5 miliar, mewakili 70% dari total kerugian eksploitasi kripto tahun ini.
Lebih jauh lagi, pejabat Korea Selatan mengungkap bahwa kelompok peretas dari Korea Utara kini menggunakan kecerdasan buatan seperti ChatGPT untuk memfasilitasi pencurian aset digital.