Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Olimpiade Tokyo 2020 terancam batal karena kasus corona di Jepang terus melonjak. Padahal Jepang masih menginginkan pekan olahraga akbar tersebut bisa tetap dilaksanakan pada tahun ini.
Dilansir dari Reuters, Jumat (16/4), pemerintah akan memperluas langkah darurat di 10 wilayah saat gelombang infeksi keempat menyebar. Akibat kebijakan tersebut memunculkan keraguan apakah olimpiade dapat diadakan di Tokyo dalam waktu kurang dari 100 hari.
"Kami tidak berpikir untuk membatalkan Olimpiade. Tapi kami akan terus melakukan apa yang bisa dilakukan untuk menerapkan aturan keselamatan secara menyeluruh yang akan membuat orang merasa aman sepenuhnya," jelas Presiden Olimpiade Tokyo 2020 Seiko Hashimoto.
Baca Juga: Naik 5 hari beruntun, harga minyak mentah tembus di atas US$ 67 per barel
Sebelumnya, Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura menyatakan, bahwa pemerintah tengah mempertimbangkan untuk menambah wilayah darurat sebagai pengendalian penularan seperti daerah Aichi, Kanagawa, Saitama, dan Chiba. Kemudian enam wilayah lain yang sudah di bawah kendali penularan termasuk kota Tokyo dan Osaka.
Kasus corona di Jepang telah memasuki gelombang keempat. Bahkan kasus harian di Osaka mencapai rekor 1.208 pada Kamis lalu karena didorong penyebaran virus corona varian Inggris yang ganas. Infeksi baru ikut naik menjadi 729 di Tokyo, terbesar sejak awal Februari ketika sebagian besar negara berada dalam keadaan darurat.
Seorang pejabat senior partai yang berkuasa menegaskan, opsi pembatalan Olimpiade tetap menjadi pilihan jika situasi menjadi terlalu mengerikan. Sementara Pejabat Olimpiade mengatakan, penundaan lebih lanjut tidak mungkin dilakukan.
Para ahli kesehatan menyatakan, mengadakan olimpiade tahun ini dinilai terlalu berisiko. Kondisi ini semakin diperburuk oleh pelaksanaan program inokulasi Jepang yang relatif lambat. Program ini dimulai Februari lalu untuk menggunakan vaksin impor.
Baca Juga: China tantang pejabat Jepang minum air limbah Fukushima untuk membuktikan keamanannya
Akibatnya, Jepang menunjukkan kinerja yang buruk dalam menahan penularan virus, bersama dengan kapasitas pengujian yang terbatas dan peluncuran vaksinasi yang lambat, menurut komentar para ahli kesehatan yang diterbitkan dalam British Medical Journal pada hari Rabu.
"Rencana untuk mengadakan pertandingan Olimpiade dan paralimpiade musim panas ini harus dipertimbangkan kembali sebagai masalah yang mendesak," tulis penulis utama Kazuki Shimizu dari London School of Economics.
"Mengadakan Olimpiade Tokyo 2020 untuk tujuan politik dan ekonomi domestik namun mengabaikan kepentingan ilmiah dan moral sebagai sesuatu yang bertentangan dengan komitmen Jepang terhadap kesehatan global dan keamanan manusia," tambahnya.
Sebuah survei terhadap lebih dari 1.000 dokter Jepang bulan lalu menunjukkan bahwa 75% percaya lebih baik menunda Olimpiade, menurut perusahaan rujukan dokter Ishinotomo.
Profesor Universitas Kyoto, Hiroshi Nishiura, seorang penasihat pandemi pemerintah, mendesak pihak berwenang menunda Olimpiade satu tahun untuk memberikan lebih banyak waktu untuk vaksinasi publik.
Baca Juga: Sukses terbitkan obligasi, Tencent raih US$ 4,5 miliar
Jepang memulai dorongan inokulasinya pada bulan Februari, lebih lambat dari kebanyakan negara ekonomi utama. Sejauh ini, hanya 0,9% publik Jepang yang menerima program pertama dibandingkan dengan 2,5% di Korea Selatan, dan 48% di Inggris Raya.
Pemerintah Jepang membantah laporan pekan lalu yang akan memprioritaskan atlet untuk vaksinasi. Australia adalah satu negara yang sedang mempertimbangkan langkah seperti itu.
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengatakan bahwa pemerintah akan melakukan segala kemungkinan untuk mencegah penularan lebih lanjut menjelang Olimpiade. Suga, yang sedang dalam kunjungan ke Amerika Serikat, mungkin telah menelepon CEO Pfizer Inc Albert Bourla untuk meminta lebih banyak pasokan vaksin.