kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.459   -19,00   -0,12%
  • IDX 6.868   52,00   0,76%
  • KOMPAS100 995   10,29   1,05%
  • LQ45 772   8,67   1,14%
  • ISSI 218   1,45   0,67%
  • IDX30 401   4,60   1,16%
  • IDXHIDIV20 476   2,01   0,42%
  • IDX80 112   1,15   1,03%
  • IDXV30 115   0,66   0,58%
  • IDXQ30 131   1,16   0,89%

Oliver Samwer: Rocket Internet pun go public (2)


Minggu, 28 Juni 2015 / 10:00 WIB
Oliver Samwer: Rocket Internet pun go public (2)


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Tri Adi

Oliver Samwer bermimpi mengembangkan jaringan usahanya, Rocket Internet, di luar Jerman. Perusahaan e-commerce ini membidik pasar negara dengan ekonomi terbesar pertama dan kedua dunia yakni Amerika Serikat (AS) dan China. Tahun 2014, Rocket Internet debut di bursa Frankfurt. Di hari pertama, harga saham Rocket Internet jatuh. Tapi Samwer yakin bisnisnya subur karena ia membidik pasar Asia yang masyarakatnya gemar berbelanja online.

Berkat terobosan-terobosan Oliver Samwer, Rocket Internet menjelma menjadi ladang bisnis yang subur. Sejak mendirikan Rocket Internet pada tahun 2007, Oliver bermimpi Rocket Internet bisa menjadi salah satu penguasa bisnis e-commerce terbesar di luar negeri. Maka itu, ia berambisi membidik pasar Amerika Serikat (AS) dan China.

Impian besar itu tercipta lantaran Oliver tergila-gila dengan perusahaan teknologi asal Negeri Paman Sam sejak 1990-an. Pada tahun 1998, Oliver tinggal di San Francisco dan belajar banyak dari perusahaan yang muncul di Silicon Valley. Ia juga sempat membaca buku berjudul Startups dan melihat kesuksesan eBay dalam membentuk perusahaan teknologi.

Demi mewujudkan impiannya, Oliver menyusun rencana dan menyiapkan blue print. Di tahap awal, Oliver memasang target agar Rocket Internet menjadi perusahaan raksasa multinasional. Supaya lebih dikenal di kalangan internasional, anak kedua dari keluarga Samwer ini memutuskan Rocket Internet melantai di bursa alias go public. Dengan statusnya sebagai perusahaan terbuka, Rocket Internet berharap semakin dilirik oleh investor ataupun konsumen.  

Sejatinya, sebelum memutuskan menawarkan saham umum perdana alias initial public offering (IPO), Rocket Internet telah menjajaki pendanaan dengan investor. Maklum, kala itu Rocket Internet membutuhkan dana segar  antara US$ 4 miliar hingga US$ 5,4 miliar untuk kebutuhan ekspansi perusahaan.

Mereka sempat melakukan presentasi di depan pemodal asal Berlin. Sayang, para investor menawar dengan harga rendah. Tak lama kemudian, Oliver dan saudaranya memilih jalan IPO untuk mendapatkan tambahan modal.

Akhirnya, pada September 2014 Rocket Internet resmi mejeng di lantai bursa Frankfurt. Aksi korporasi ini membawa Oliver dan saudaranya menjadi miliarder baru di Jerman dan bersaing dengan Mark Zuckerberg, pendiri Facebook.

Rocket Internet yang berbasis di Berlin mengharapkan bisa meraup dana segar sebesar US$ 970 juta atau € 750 juta dari hasil IPO. Oliver ingin agar Rocket Internet tidak hanya tenar, tapi juga bisnisnya mampu menjangkau seantero wilayah.

Namun, Rocket Internet gagal meniru Alibaba, perusahaan e-commerce asal China. Setelah resmi melantai di bursa New York, harga saham Alibaba meroket 38% pada hari pertama.

Sedangkan, harga saham Rocket Internet malah turun 13% dari harga IPO saat debut di bursa Frankfurt. Harga saham Rocket Internet ditutup di level € 37 per saham.  Rocket menjual saham perdana sebesar € 42,per saham 5 dan merupakan IPO paling besar di Jerman sejak tahun 2007.

Sejak terdaftar di bursa Frankfurt, bisnis Rocket Internet sulit tumbuh. Namun, Oliver tidak khawatir. Ia tidak pernah menargetkan pertumbuhan, kompetisi, ataupun margin jumbo.

Mengapa? Karena Rocket Internet menyasar pasar Asia yang masyarakatnya sedang gemar melakukan belanja online. Melalui Lazada, Rocket Internet menyasar beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Begitu pula dengan Zalora di bawah naungan Rocket Internet mengincar pasar Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Rocket Internet yang memiliki reputasi sebagai peniru perusahaan teknologi asal Negeri Paman Sam ini terbukti masih menguntungkan dan mampu mengembangkan pasar. Menurut Financial Times, Rocket mengantongi pendapatan lebih dari US$ 900 juta pada tahun 2013 silam.               
(Bersambung)



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×