Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
WINA. Akhirnya, negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC mencapai kesepakatan untuk mengurangi pasokan minyak. Ini merupakan kesepakatan kali pertama sejak delapan tahun terakhir.
Mengutip Bloomberg berdasarkan pernyataan seorang delegasi Rabu (30/11), OPEC akan mengurangi produksi 1,2 juta barel per hari menjadi 32,5 juta per hari. Kabar ini langsung menghangatkan harga minyak ke level US$49,90 per barel di London atau melonjak 7,6% pukul 13:23 waktu setempat.
Sebelumnya, negosiasi alot berminggu-minggu antara tiga produsen minyak terbesar Arab Saudi, Iran, dan Irak sering kali menyulut ketegangan. Terutama menyangkut perbedaan atas pembagian beban pemotongan untuk mengendalikan pasokan.
Secara khusus, tampaknya Arab Saudi menerima bahwa Iran, sebagai kasus khusus, dapat meningkatkan produksi menjadi sekitar 3,9 juta barel per hari. Perjanjian ini juga kemungkinan akan mencakup pengurangan sekitar 600.000 barel per hari oleh negara-negara non-OPEC.
Dalam kesepakatan tersebut juga berjanji untuk memulihkan kembali kondisi keuangan negara-negara yang hancur dari Venezuela hingga Libya dan mengembalikan kepercayaan yang menurun terhadap OPEC yang mengontrol 40 % dari minyak dunia tersebut.
Akan tetapi, konsekuensi kesepakatan ini akan mendorong untuk pengeboran shale Amerika Serikat (AS) yang lumpuh akibat fluktuasi harga minyak selama dua tahun terakhir.
Morgan Stanley mengatakan pada hari Senin bahwa kesepakatan OPEC bisa meningkatkan harga minyak sebesar US$ 5 atau lebih. Sementara kesepakatan tidak mungkin cukup untuk menghapus lubernya minyak mentah seluruhnya.
Perkiraan OPEC sendiri menunjukkan perlu memompa hanya 31,9 juta barel per hari dari Januari sampai Juni untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
Rusia, produsen terbesar di luar blok tersebut, telah mengatakan jika OPEC setuju atas kuota masing-masing, mereka siap untuk berpartisipasi termasuk kemungkinan mengurangi produksinya.