Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeol terancam menjadi bebek lumpuh di tiga tahun sisa masa jabatannya setelah kemenangan telak partai oposisi di pemilihan parlemen, Rabu (10 April).
Partai Demokrat yang berideologi liberal tampil perkasa dengan raihan 175 dari total 300 kursi di parlemen negeri “Ginseng”.
Partai Kekuasaan Rakyat (PPP) Yoon hanya mampu mendapatkan 108 kursi.
Hasil ini menjadi pukulan telak bagi Yoon. Presiden berusia 63 tahun itu akan menjadi yang pertama dalam sejarah Korsel yang partainya gagal menguasai mayoritas parlemen selama lima tahun kepresidenan.
Yoon telah mengalami kesulitan meluncurkan program-program konservatifnya sejak terpilih dua tahun lalu karena hambatan dari parlemen yang dikuasai Partai Demokrat dan blok liberalnya.
Baca Juga: Kim Jong Un Sebut Sekarang Waktunya untuk Bersiap Perang
Partai Demokrat dengan hasil ini membukukan hattrick tiga kemenangan berturut-turut di parlemen sejak pemilihan tahun 2016 disusul 2020, dan yang terakhir 2024.
Partai Inovasi Tanah Air yang baru berusia 1 bulan berhasil menjadi partai ketiga terbesar dengan 12 kursi, menambah kekuatan blok liberal yang dipimpin Partai Demokrat.
Partai yang didirikan mantan Menteri Kehakiman Cho Kuk ini berkampanye untuk menghentikan apa yang mereka sebut kelaliman pemerintahan Yoon dalam menginvestigasi lawan-lawan politiknya.
REFERENDUM TERHADAP YOON
Pemilihan parlemen ini menjadi referendum paruh waktu terhadap dua tahun pemerintahan Yoon.
Kekalahan PPP sejatinya tidak terlalu mengejutkan mengingat rendahnya popularitas Yoon.
Mantan Jaksa Agung Korsel itu mendapat sorotan tajam karena naiknya harga-harga dan biaya hidup serta serangkaian skandal yang melibatkan istrinya Ibu Negara Kim Keon-hee.
Partai oposisi mengecam pemerintahan Yoon yang dinilai gagal mengelola ekonomi dan mengendalikan laju inflasi yang terus naik.
Seorang pemilih di ibu kota Seoul, Kim Ji-yun, menyampaikan pemerintahan Yoon berada di jalur yang salah dan dia menginginkan adanya perubahan.
Baca Juga: Produk Kosmetik Korea Selatan Laris Manis di Q1 2024
Agenda Yoon untuk memotong pajak, mempermudah regulasi bisnis, dan memperkuat dukungan terhadap keluarga kali terancam mandek tanpa dukungan mayoritas di parlemen.
Kim Hyung-joon, profesor di Universitas Pat Chai menjelaskan Yoon kelihatannya telah kehilangan dukungan dari kaum menengah yang cenderung beraliran politik moderat.
Salah satu penyebabnya adalah gaya komunikasinya yang dinilai kaku dan cenderung mengambil keputusan besar secara sepihak.