kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pabrik milik China dibakar, 39 orang tewas di Myanmar


Senin, 15 Maret 2021 / 06:20 WIB
Pabrik milik China dibakar, 39 orang tewas di Myanmar
ILUSTRASI. Pasukan keamanan menewaskan sedikitnya 22 pengunjuk rasa anti-kudeta di pinggiran kota industri Hlaingthaya yang miskin di kota utama Myanmar pada Minggu (14/3/2021). REUTERS/Stringer


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - YANGON. Pasukan keamanan Myanmar menewaskan sedikitnya 22 pengunjuk rasa anti-kudeta di pinggiran kota industri Hlaingthaya yang miskin di kota utama Myanmar pada Minggu (14/3/2021). Menurut kelompok advokasi, kondisi ini terjadi setelah pabrik-pabrik yang didanai China di sana dibakar. 

Reuters mewartawakan, data yang dirilis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) dan seorang polisi mengungkapkan, 16 pengunjuk rasa lainnya tewas di tempat lain. Ini menjadikan hari Minggu kemarin sebagai hari paling berdarah sejak kudeta 1 Februari terhadap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Kedutaan Besar China mengatakan, banyak staf China terluka dan terperangkap dalam serangan pembakaran oleh penyerang tak dikenal di pabrik garmen di Hlaingthaya. Pemerintah China juga telah meminta Myanmar untuk melindungi properti dan warga China. China dipandang mendukung junta militer yang telah mengambil alih kekuasaan.

Melansir media lokal, saat asap membubung dari kawasan industri, pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa di pinggiran kota yang merupakan rumah bagi para migran dari seluruh negeri.

Baca Juga: Protes di Myanmar makin mencekam, warga cari cara sendiri lindungi diri

“Itu sangat mengerikan. Orang-orang ditembak di depan mata saya. Itu tidak akan pernah meninggalkan ingatan saya,” kata seorang jurnalis foto di tempat kejadian yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Reuters.

Darurat militer diberlakukan di Hlaingthaya dan distrik lain di Yangon, pusat komersial Myanmar dan bekas ibu kota, media pemerintah mengumumkan.

Televisi Myawadday yang dikelola tentara mengatakan pasukan keamanan bertindak setelah empat pabrik garmen dan pabrik pupuk dibakar dan sekitar 2.000 orang telah menghentikan mesin pemadam kebakaran untuk menjangkau mereka.

Baca Juga: Lagi, protes anti kudeta di Myanmar menewaskan dua aktivis pro demokrasi

Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk dimintai keterangan.

Dokter Sasa, perwakilan anggota parlemen terpilih dari majelis yang digulingkan oleh tentara, menyuarakan solidaritas dengan rakyat Hlaingthaya.

"Pelaku, penyerang, musuh rakyat Myanmar, SAC (Dewan Administrasi Negara) yang jahat akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap tetes darah yang tumpah," katanya Dokter Sasa.

Berdasarkan data AAPP, kematian terbaru ini akan menambah jumlah korban dari aksi unjuk rasa menjadi 126. Dikatakan, lebih dari 2.150 orang telah ditahan pada hari Sabtu. Lebih dari 300 di antaranya telah dibebaskan.

Sangat parah

Setelah serangan terhadap pabrik-pabrik yang didanai China, Kedutaan China menggambarkan situasi di Myanmar sebagai situasi yang "sangat parah". Namun pihak kedutaan tidak membuat pernyataan tentang pembunuhan itu.

Baca Juga: PBB: 70 orang tewas sejak kudeta militer berjalan di Myanmar

"China mendesak Myanmar untuk mengambil langkah efektif lebih lanjut untuk menghentikan semua tindakan kekerasan, menghukum pelaku sesuai dengan hukum dan memastikan keselamatan jiwa dan properti perusahaan dan personel China di Myanmar," demikian pernyataan Kedubes China.

Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pembakaran pabrik.

Sentimen anti-China telah meningkat sejak kudeta yang menjerumuskan Myanmar ke dalam kekacauan. Beijing tampak diam saat terjadi kudeta militer di Myanmar, berbeda dengan negara-negara Barat yang mengutuk aksi tersebut.

Baca Juga: Militer Myanmar tuduh Suu Kyi terima uang ilegal US$ 600.000 dan 11 kg emas

Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Myanmar mengutuk apa yang dia sebut sebagai "kebrutalan yang sedang berlangsung".

Christine Schraner Burgener mengatakan dia secara pribadi telah mendengar dari kontak di Myanmar tentang laporan pembunuhan yang memilukan, penganiayaan terhadap demonstran dan penyiksaan terhadap tahanan selama akhir pekan.

Penindasan merusak prospek perdamaian dan stabilitas. Dirinya juga mengimbau masyarakat internasional mendukung rakyat Myanmar dan aspirasi demokrasi mereka.

Inggris, mantan penguasa kolonial Myanmar, mengatakan pihaknya terkejut dengan penggunaan kekuatan mematikan oleh pasukan keamanan terhadap orang-orang yang tidak bersalah di Hlaingthaya dan di tempat lain.

“Kami menyerukan penghentian segera kekerasan ini dan rezim militer menyerahkan kembali kekuasaan kepada mereka yang dipilih secara demokratis oleh rakyat Myanmar,” kata Duta Besar Inggris Dan Chugg.

Selanjutnya: Militer Myanmar dinilai telah menggunakan taktik mematikan terhadap pengunjuk rasa




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×