Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Dokter Sasa, perwakilan anggota parlemen terpilih dari majelis yang digulingkan oleh tentara, menyuarakan solidaritas dengan rakyat Hlaingthaya.
"Pelaku, penyerang, musuh rakyat Myanmar, SAC (Dewan Administrasi Negara) yang jahat akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap tetes darah yang tumpah," katanya Dokter Sasa.
Berdasarkan data AAPP, kematian terbaru ini akan menambah jumlah korban dari aksi unjuk rasa menjadi 126. Dikatakan, lebih dari 2.150 orang telah ditahan pada hari Sabtu. Lebih dari 300 di antaranya telah dibebaskan.
Sangat parah
Setelah serangan terhadap pabrik-pabrik yang didanai China, Kedutaan China menggambarkan situasi di Myanmar sebagai situasi yang "sangat parah". Namun pihak kedutaan tidak membuat pernyataan tentang pembunuhan itu.
Baca Juga: PBB: 70 orang tewas sejak kudeta militer berjalan di Myanmar
"China mendesak Myanmar untuk mengambil langkah efektif lebih lanjut untuk menghentikan semua tindakan kekerasan, menghukum pelaku sesuai dengan hukum dan memastikan keselamatan jiwa dan properti perusahaan dan personel China di Myanmar," demikian pernyataan Kedubes China.
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pembakaran pabrik.
Sentimen anti-China telah meningkat sejak kudeta yang menjerumuskan Myanmar ke dalam kekacauan. Beijing tampak diam saat terjadi kudeta militer di Myanmar, berbeda dengan negara-negara Barat yang mengutuk aksi tersebut.
Baca Juga: Militer Myanmar tuduh Suu Kyi terima uang ilegal US$ 600.000 dan 11 kg emas
Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Myanmar mengutuk apa yang dia sebut sebagai "kebrutalan yang sedang berlangsung".
Christine Schraner Burgener mengatakan dia secara pribadi telah mendengar dari kontak di Myanmar tentang laporan pembunuhan yang memilukan, penganiayaan terhadap demonstran dan penyiksaan terhadap tahanan selama akhir pekan.
Penindasan merusak prospek perdamaian dan stabilitas. Dirinya juga mengimbau masyarakat internasional mendukung rakyat Myanmar dan aspirasi demokrasi mereka.
Inggris, mantan penguasa kolonial Myanmar, mengatakan pihaknya terkejut dengan penggunaan kekuatan mematikan oleh pasukan keamanan terhadap orang-orang yang tidak bersalah di Hlaingthaya dan di tempat lain.
“Kami menyerukan penghentian segera kekerasan ini dan rezim militer menyerahkan kembali kekuasaan kepada mereka yang dipilih secara demokratis oleh rakyat Myanmar,” kata Duta Besar Inggris Dan Chugg.