Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pada 14 Maret, seorang pria dari Myanmar dan putranya yang masih kecil adalah dua dari empat orang yang ditikam oleh seorang pria di sebuah toko grosir di Midland, Texas. Meskipun kasus ini masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut, Choi mengatakan dia mengetahui melalui jaringannya bahwa rasisme dan virus corona memotivasi serangan itu.
"Kami mulai melihat pola bahwa individu-individu yang mungkin tampaknya tidak akan membela diri, atau tidak mampu membela diri, menjadi sasaran. Kami melihat semua jenis komentar penghinaan rasial dibuat terhadap orang-orang Asia," tambahnya.
Baca Juga: WHO: Lockdown tak cukup untuk mengalahkan virus corona
Aksi kekerasan telah meningkat. Menurut David Liu, pemilik Arcadia Firearm & Safety di San Gabriel Valley, daerah dengan konsentrasi tinggi imigran Tiongkok, tingkat penjualan senjata di tokonya naik 10 kali lipat dari jumlah biasanya dalam tiga tahun terakhir. Dia menilai, banyak pelanggan membeli senjata api untuk melindungi diri terhadap kemungkinan serangan rasial dan takut gangguan sosial yang disebabkan oleh virus corona.
Sementara itu, Trump membela penggunaan istilah itu pada hari Rabu, dengan mengatakan hal itu sama sekali tidak rasis. "Virus itu berasal dari China, itu sebabnya," katanya.
Baca Juga: Virus corona bisa bertahan di udara, apa kata WHO?
Namun, seorang dokter Italia Giuseppe Remuzzi mengatakan, kasus-kasus pneumonia yang aneh dan parah telah terjadi pada November lalu di Italia sebelum dunia sadar akan wabah COVID-19 di China.
Dalam sebuah wawancara dengan National Public Radio, Remuzzi mengatakan beberapa dokter mengatakan kepadanya bahwa mereka telah menangani kasus pneumonia, terutama pada orang tua, pada bulan Desember dan bahkan pada November.
"Itu berarti bahwa virus itu menyebar setidaknya di Lombardy sebelum kita menyadari wabah ini terjadi di China," jelasnya.
Baca Juga: Pakar: 70.000 orang di Indonesia dapat terinfeksi corona sebelum Ramadan
Sementara itu, istilah-istilah tersebut telah menimbulkan paduan kritik dari tokoh-tokoh publik, termasuk mantan menteri luar negeri Hillary Clinton, yang berpendapat bahwa Trump menggunakan retorika rasis untuk mengalihkan perhatian dari keterlambatan pemerintahannya dalam mempersiapkan penanganan pandemi di AS.
"Presiden beralih ke retorika rasis untuk mengalihkan perhatian dari kegagalannya untuk menganggap serius virus corona sejak dini, membuat tes tersedia secara luas, dan mempersiapkan negara secara memadai untuk masa krisis. Jangan jatuh hati karenanya. Jangan biarkan teman dan keluargamu sangat menyukainya," tulisnya di akun Twitter-nya, Rabu.
Analis di luar AS juga percaya bahwa Trump menggunakan istilah itu secara sengaja untuk mengalihkan perhatian publik AS dari kritik luas atas kesalahan langkahnya dalam penolakan awal tentang keseriusan pandemi. Sekarang dengan keuntungan pasar saham selama tiga tahun terakhir benar-benar musnah, dia sangat ingin memainkan permainan menyalahkan, terutama dalam tahun pemilihan presiden.
Shada Islam, direktur Eropa dan Geopolitik Friends of Europe, sebuah lembaga think tank di Brussel, Belgia, mengatakan pada saat krisis seperti yang dialami dunia, sekarang saatnya para pemimpin dan orang-orang berkumpul dan bekerja sama untuk mengatasi tantangannya, bukan bertukar penghinaan, tuduhan dan terlibat dalam teori konspirasi.