Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Ketika virus corona terus menyebar di Amerika Serikat, pemerintahan Trump menerima kritikan dari beberapa pejabat kesehatan masyarakat, politisi dan warga Asia-Amerika karena menyebut penyakit itu "virus China".
Melansir The Star, ini merupakan sebuah istilah yang menurut para ahli tidak akurat dan telah menyebabkan peningkatan insiden serangan rasis terhadap orang-orang Asia dari berbagai etnis.
"Presiden Amerika Serikat, dan pejabat Gedung Putih lainnya, menggunakan istilah 'virus China', atau 'Kung-Flu', atau 'virus Wuhan', kami percaya menghasut dan memprovokasi sentimen anti-Asia ini dan benar-benar bertanggung jawab dalam munculnya aksi kekerasan tersebut," kata Cynthia Choi, direktur eksekutif China untuk Affirmative Action, sebuah organisasi hak-hak sipil berbasis komunitas di San Francisco seperti yang dikutip The Star.
Baca Juga: Makin turun, kasus baru virus corona di China kini semuanya impor
"Dia menolak untuk menyebutnya dengan nama medis yang benar, yaitu COVID-19, atau virus corona. Dia menolak untuk melakukan itu, bahkan setelah diperingatkan bahwa hal ini membahayakan bagi kehidupan orang-orang Asia-Amerika," katanya.
Data yang dihimpun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, pada hari Minggu, sudah ada 201 kematian dan lebih dari 15.200 kasus di AS.
Menanggapi pelecehan yang semakin sering terjadi akibat virus corona, Choi bersama dengan Dewan Perencanaan & Kebijakan Asia Pasifik dan Departemen Studi Amerika Asia di Universitas Negeri San Francisco, telah merilis pusat pelaporan untuk melacak kasus-kasus diskriminasi terhadap warga Amerika keturunan Asia dan Pasifik di seluruh negeri.
Baca Juga: Rand Paul menjadi senator AS pertama yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona
Pusat pengaduan ini dibuka pada hari Kamis. Pada hari Jumat, pusat aduan ini telah menerima 60 laporan kasus dari anggota masyarakat.
Salah satu kasus melibatkan seorang bocah lelaki Asia-Amerika berusia 12 tahun di San Fernando Valley di Los Angeles, yang dipukuli habis-habisan oleh teman-teman sekolah menengahnya sehingga ia harus dilarikan ke ruang gawat darurat rumah sakit.
Kasus lain terjadi hanya beberapa hari yang lalu. Seorang wanita China mendapati dirinya didatangi di jalan oleh orang asing yang mengutuknya dan menyalahkannya karena membawa virus corona ke AS.
Pada 14 Maret, seorang pria dari Myanmar dan putranya yang masih kecil adalah dua dari empat orang yang ditikam oleh seorang pria di sebuah toko grosir di Midland, Texas. Meskipun kasus ini masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut, Choi mengatakan dia mengetahui melalui jaringannya bahwa rasisme dan virus corona memotivasi serangan itu.
"Kami mulai melihat pola bahwa individu-individu yang mungkin tampaknya tidak akan membela diri, atau tidak mampu membela diri, menjadi sasaran. Kami melihat semua jenis komentar penghinaan rasial dibuat terhadap orang-orang Asia," tambahnya.
Baca Juga: WHO: Lockdown tak cukup untuk mengalahkan virus corona
Aksi kekerasan telah meningkat. Menurut David Liu, pemilik Arcadia Firearm & Safety di San Gabriel Valley, daerah dengan konsentrasi tinggi imigran Tiongkok, tingkat penjualan senjata di tokonya naik 10 kali lipat dari jumlah biasanya dalam tiga tahun terakhir. Dia menilai, banyak pelanggan membeli senjata api untuk melindungi diri terhadap kemungkinan serangan rasial dan takut gangguan sosial yang disebabkan oleh virus corona.
Sementara itu, Trump membela penggunaan istilah itu pada hari Rabu, dengan mengatakan hal itu sama sekali tidak rasis. "Virus itu berasal dari China, itu sebabnya," katanya.
Baca Juga: Virus corona bisa bertahan di udara, apa kata WHO?
Namun, seorang dokter Italia Giuseppe Remuzzi mengatakan, kasus-kasus pneumonia yang aneh dan parah telah terjadi pada November lalu di Italia sebelum dunia sadar akan wabah COVID-19 di China.
Dalam sebuah wawancara dengan National Public Radio, Remuzzi mengatakan beberapa dokter mengatakan kepadanya bahwa mereka telah menangani kasus pneumonia, terutama pada orang tua, pada bulan Desember dan bahkan pada November.
"Itu berarti bahwa virus itu menyebar setidaknya di Lombardy sebelum kita menyadari wabah ini terjadi di China," jelasnya.
Baca Juga: Pakar: 70.000 orang di Indonesia dapat terinfeksi corona sebelum Ramadan
Sementara itu, istilah-istilah tersebut telah menimbulkan paduan kritik dari tokoh-tokoh publik, termasuk mantan menteri luar negeri Hillary Clinton, yang berpendapat bahwa Trump menggunakan retorika rasis untuk mengalihkan perhatian dari keterlambatan pemerintahannya dalam mempersiapkan penanganan pandemi di AS.
"Presiden beralih ke retorika rasis untuk mengalihkan perhatian dari kegagalannya untuk menganggap serius virus corona sejak dini, membuat tes tersedia secara luas, dan mempersiapkan negara secara memadai untuk masa krisis. Jangan jatuh hati karenanya. Jangan biarkan teman dan keluargamu sangat menyukainya," tulisnya di akun Twitter-nya, Rabu.
Analis di luar AS juga percaya bahwa Trump menggunakan istilah itu secara sengaja untuk mengalihkan perhatian publik AS dari kritik luas atas kesalahan langkahnya dalam penolakan awal tentang keseriusan pandemi. Sekarang dengan keuntungan pasar saham selama tiga tahun terakhir benar-benar musnah, dia sangat ingin memainkan permainan menyalahkan, terutama dalam tahun pemilihan presiden.
Shada Islam, direktur Eropa dan Geopolitik Friends of Europe, sebuah lembaga think tank di Brussel, Belgia, mengatakan pada saat krisis seperti yang dialami dunia, sekarang saatnya para pemimpin dan orang-orang berkumpul dan bekerja sama untuk mengatasi tantangannya, bukan bertukar penghinaan, tuduhan dan terlibat dalam teori konspirasi.