Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Pada Kamis (30/1/2025), Presiden Panama Jose Raul Mulino mengesampingkan negosiasi dengan Amerika Serikat mengenai kepemilikan Terusan Panama.
Hal tersebut Mulino tegaskan saat ia bersiap untuk menjamu Menteri Luar Negeri Donald Trump Marco Rubio.
Melansir AFP, Trump, dalam pidato pelantikannya pada tanggal 20 Januari, menuduh bahwa Tiongkok secara efektif mengoperasikan jalur air yang diserahkan Amerika Serikat kepada negara Amerika Tengah tersebut pada tahun 1999.
"Kami tidak memberikannya kepada Tiongkok, kami memberikannya kepada Panama. Dan kami akan mengambilnya kembali," kata Trump.
Namun Mulino mengatakan membuka negosiasi tentang kepemilikan kanal "tidak mungkin."
"Saya tidak dapat bernegosiasi, apalagi membuka proses negosiasi tentang kanal tersebut. Itu (masalah) sudah ditutup. Kanal tersebut adalah milik Panama," katanya pada konferensi pers mingguan.
Panama, yang telah lama menjadi sahabat Amerika Serikat, telah mengeluh kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa atas ancaman Trump.
Meskipun demikian, Mulino mengatakan ada beberapa masalah umum seperti migrasi dan perang melawan kejahatan terorganisasi dan perdagangan narkoba yang akan dengan senang hati ia bahas dengan Rubio saat ia berkunjung dalam beberapa hari mendatang.
Baca Juga: Telepon Ancaman Donald Trump Membuat Denmark Ketakutan, Ini Penyebabnya
"Kami lebih dari bersedia untuk berbicara dengan hormat dan sangat jelas... dengan menteri luar negeri," kata presiden, tanpa menyebutkan tanggal pertemuan tersebut.
Perjalanan pertama Rubio ke luar negeri sebagai utusan utama Trump akan membawanya ke Panama, El Salvador, Kosta Rika, Guatemala, dan Republik Dominika.
Kunjungan tersebut dilakukan di tengah ketegangan tinggi antara Amerika Latin dan Washington atas rencana Trump untuk mendeportasi massal migran tidak berdokumen, yang sebagian besar berasal dari wilayah tersebut.
Meskipun ada ketegangan, Mulino menekankan bahwa Panama memiliki "hubungan istimewa" dengan Amerika Serikat, "bukan Tiongkok."
"Hubungan dengan Amerika Serikat kuat, selalu begitu, ada pasang surut, cinta dan benci, tetapi selalu ada hubungan kuat yang... telah memungkinkan kita untuk mengatasi situasi yang sangat, sangat rumit," katanya.
Baca Juga: Mengapa Donald Trump Ancam Rebut Kembali Terusan Panama?