Reporter: Barratut Taqiyyah, BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BOMBAI. Pemerintah India tengah berupaya keras menekan defisit anggaran negaranya. Segala upaya pun ditempuh. Salah satunya, dengan menaikkan harga solar.
Tidak tanggung-tanggung, India mengumumkan rencananya untuk menaikkan harga solar sebesar 14% mulai hari Jumat (14/9) ini. Pemerintah berharap, langkah ini dapat menekan pengeluaran pemerintah ke depannya.
Selain menaikkan harga solar, India juga akan membatasi penjualan gas masak bersubsidi menjadi enam tabung per tahun per konsumen.
"Ini merupakan langkah kredibel yang diambil pemerintah menuju konsolidasi fiskal, sesuatu yang telah ditunggu-tunggu pelaku pasar sejak lama," jelas Manish Wadhawan, head of rates HSBC.
Jika dilihat, pemerintah India memang memberikan subsidi pada harga solar, gas memasak, dan minyak tanah bagi warga tidak mampu dan menekan laju inflasi. Hanya saja, hal ini berdampak pada pembengkakan anggaran. Sejumlah pihak juga menilai, kebijakan tersebut akan memukul perekonomian India secara keseluruhan.
Apalagi, beberapa bulan belakangan, pertumbuhan ekonomi India melambat. Ada kecemasan, perlambatan pertumbuhan yang disertai dengan lonjakan inflasi dan kenaikan defisit anggaran akan memukul investasi di negara Taj Mahal itu.
Kecemasan itu turut berdampak pada peringkat utang India. Pada awal tahun ini, perusahaan pemeringkat Standard & Poor's mengingatkan bahwa India dapat kehilangan status investment grade miliknya jika kondisi di negara tersebut tidak juga membaik.
Perusahaan pemeringkat lainnya, Fitch, sudah memangkas outlook perekonomian India menjadi negatif pada bulan Juni lalu.
Analis menilai, keputusan pemerintah ini dapat menghapus kecemasan mengenai pemangkasan peringkat utang bagi India.
"Pemerintah telah menunjukkan bahwa pihaknya mampu mengambil keputusan yang sangat sulit," jelas C Rangarajan, penasehat ekonomi perdana menteri India.