kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Para wanita yang membunuh kakak tiri Kim Jong Un


Senin, 29 Mei 2017 / 17:30 WIB
Para wanita yang membunuh kakak tiri Kim Jong Un


Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KUALA LUMPUR. Para pembunuh Kim Jong Nam, kakak tiri Pimpinan Korea Utara, sepertinya akan menjadi tokoh yang dicatat dalam sejarah. Atas aksinya tersebut, dua wanita itu saat ini tengah menghadapi persidangan di Malaysia.

Rekam jejak CCTV dari terminal keberangkatan Bandara Internasional Kuala Lumpur Malaysia tidak bisa dilupakan. Seorang pria paruh baya didekati oleh dua orang wanita dari belakang. Keduanya melakukan aksi manuver yang aneh, yakni mengusap wajah sang pria dengan cukup keras.

Pihak berwenang mengatakan saat itulah agen saraf VX, zat mematikan yang dilarang PBB sebagai senjata pemusnah massal, digunakan untuk membunuh Kim Jong Nam.

Kedua wanita itu adalah Siti Aisyah (25 tahun) warga negara Indonesia dan Doan Thi Huong (28 tahun) dari Malaysia. Keduanya akan dihadirkan pada pengadilan di Kuala Lumpur pada Selasa (30/5).

Ketika para wanita bergerak mendekati Kim, mereka diawasi oleh sekelompok pria dari Korea Utara yang duduk di bandara. Mereka diduga sebagai "otak" pembunuhan, yang kemudian naik penerbangan ke berbagai tujuan.

Sementara itu, Aisyah dan Huong pun ditangkap, dituduh melakukan pembunuhan meskipun tidak merencanakannya. Mereka bersikeras bahwa itu semua hanyalah lelucon untuk disiarkan di TV dan tidak mengajukan permohonan saat akan disidangkan. Bagaimanapun juga, ini adalah kejahatan yang dapat berakhir dengan hukuman mati.

Kalimat ini semakin sering terdengar di berbagai media beberapa waktu terakhir. Namun, apa sebenarnya yang menempatkan mereka di posisi ini?

Beberapa bulan sebelum pembunuhan terjadi, kedua wanita berpikir mereka terlibat dalam sisi terburuk kehidupan di Kuala Lumpur.

Kepolisian Malaysia mengatakan Doan Thi Huong bekerja di dunia hiburan dan Siti Aisyah bekerja di Hotel Flamingo. Melalui beragam sumber di sejumlah media Malaysia, ada indikasi keduanya terlibat pada industri seks. Namun, tidak ada bukti langsung yang membuktikan hal itu.

Duan Thi Huong sepertinya memiliki sejumlah akun Facebook dengan sejumlah nama berbeda seperti Ruby Ruby dan Bella Tron Tron Bella. Keduanya menunjukkan kepribadian yang penuh percaya diri dan bebas.

Berdasarkan catatan imigrasi, mereka memiliki pola datang dan pergi dari Malaysia dan sejumlah negara lain di kawasan regional, seperti Phnom Penh dan Korea Selatan.

Pekerja migran, pekerja seks, dan mereka di industri pijat berada di bagian lampu merah Kuala Lumpur. Ini merupakan pemandangan internasional dengan para pekerja berasal dari sejumlah negara seperti China, Myanmar, Thailand, Laos dan Kamboja, yang diperkirakan memasuki negara tersebut dengan visa turis.

Ada pula sejumlah pekerjaan lain yang dapat dilakukan bagi wanita muda yang ingin mendapatkan uang dengan cara mudah. Misalnya dengan menjadi penerima tamu di bar-bar karaoke atau di panti pijat sebagai pendamping.

Belum jelas apakah keduanya sudah mengenal sebelum pembunuhan terjadi. Polisi mengklaim, mereka berlatih manuver tersebut beberapa kali di sejumlah pusat perbelanjaan. Polisi menilai aksi tersebut sudah diperhitungkan dengan matang dan dengan kesadaran tinggi terhadap konsekuensinya.

Pengacara Huong mengatakan, tidak ada hal-hal yang istimewa tentang Huong.

Selain itu, perjalanan keduanya ke Kuala Lumpur juga sama seperti imigran lain. Mereka berasal dari desa.

Siti Aisyah, misalnya, tumbuh di daerah Serang, Tangerang. Orang tuanya adalah petani yang menjual kentang dan kunyit. Siti Aisyah harus putus sekolah setelah lulus sekolah dasar, karena sang ayah tidak mampu membiayainya.

Sedangkan Doan Thi Huong berasal dari sebuah rumah kecil di pinggiran sawah desa Nghia Binh, Vietnam. Di desa ini, para pemuda dan pemudi kerap merantau ke kota demi mendapatkan pekerjaan.

Ayah Huong merupakan veteran tentara yang terluka di Quang Tri pada 1972. Saat ini, dia bekerja sebagai keamanan di salah satu pasar lokal. Ibunya meninggal dunia di 2015 dan sang ayah menikah lagi dengan wanita dari desa yang sama.

Di luar itu semua, ada banyak spekulasi mengenai hubungan antara kedua wanita dengan pria Korut di bandara.

Menurut ibu Siti Aisyah, anaknya ditawari bekerja di Malaysia sebagai model. "Dia bilang dia ingin pergi ke Malaysia untuk TV dan mengejutkan orang dengan menyemprotkan parfum ke orang lain. Dia tidak bersalah dan melakukan hal itu karena tawaran yang menggiurkan," jelasnya.

Ayah Siti Aisyah memohon agar anaknya jangan dihukum. "Saya yakin dia tidak bersalah," katanya.


 




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×