Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - CHISINAU. Partai pro-Uni Eropa yang berkuasa di Moldova, Partai Aksi dan Solidaritas (PAS), meraih kemenangan besar dalam pemilu parlemen pada Minggu (28/9).
Hasil resmi hampir final menunjukkan PAS memperoleh 50,2% suara, jauh meninggalkan blok oposisi pro-Rusia, Patriotic Bloc, yang hanya mengantongi 24,2%.
Kemenangan ini menjadi dorongan penting bagi Presiden Maia Sandu dan pemerintahannya untuk melanjutkan agenda reformasi serta mempercepat langkah menuju keanggotaan Uni Eropa pada 2030.
Sebelumnya, sejumlah survei memprediksi persaingan akan ketat dengan kemungkinan tidak ada pihak yang meraih mayoritas.
Baca Juga: Sembilan Negara Uni Eropa Desak Penghentian Perdagangan dengan Permukiman Israel
Kemenangan PAS disambut hangat para pemimpin Eropa. Presiden Dewan Eropa Antonio Costa menilai rakyat Moldova telah menyampaikan pesan jelas bahwa mereka memilih demokrasi, reformasi, dan masa depan Eropa, meskipun ada tekanan dari Rusia.
Prancis, Jerman, dan Polandia dalam pernyataan bersama juga mengapresiasi jalannya pemilu yang damai meski diwarnai tuduhan campur tangan Rusia, termasuk melalui disinformasi dan praktik pembelian suara. Rusia membantah tuduhan tersebut.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut hasil pemilu membuktikan upaya Moskow untuk mengguncang Moldova telah gagal.
Pemerintah Moldova menyebut pemilu kali ini sebagai yang paling penting sejak negara itu merdeka dari Uni Soviet pada 1991.
Pihak berwenang menuding Rusia berupaya memengaruhi hasil pemilu lewat serangan siber, ancaman bom palsu di TPS, hingga propaganda di dalam dan luar negeri.
Baca Juga: Inggris dan Uni Eropa Sepakati 'Reset' Kerja Sama Perdagangan dan Pertahanan
Di sisi lain, Rusia menuding pemerintah Sandu melakukan manipulasi dan membatasi ruang politik oposisi. Ketua Komite Urusan Internasional parlemen Rusia, Leonid Slutsky, bahkan menuding Moldova sedang diarahkan ke “jalur Ukraina”.
Mantan Presiden Moldova sekaligus pemimpin Patriotic Bloc, Igor Dodon, menolak hasil pemilu dan menyerukan aksi protes di depan parlemen, meski tanpa menyertakan bukti. Pemerintah mengaku waspada terhadap potensi kerusuhan pascapemilu.
Dengan populasi 2,4 juta jiwa, Moldova selama ini kerap berada di persimpangan antara pengaruh Rusia dan Eropa. Negara kecil di antara Ukraina dan Rumania itu menghadapi tantangan berat, mulai dari dampak perang Ukraina, krisis energi, hingga inflasi yang masih tinggi sekitar 7%.
Anastasia Pociumban dari German Council on Foreign Relations menilai kemenangan PAS mencerminkan mandat rakyat untuk melanjutkan orientasi pro-Uni Eropa.
Baca Juga: Wall Street Melorot, Pasca Ancaman Tarif Baru Trump untuk Uni Eropa dan Apple
Namun, ia mengingatkan tantangan terbesar Sandu adalah menjembatani perpecahan internal dan meyakinkan warga yang masih skeptis terhadap manfaat keanggotaan UE.