Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Pasar obligasi di pasar berkembang berkinerja maksimal di tahun ini. Tercatat return terbaik semua berasal dari negara-negara berkembang, seharusnya kinerja obligasi turun terseret langkah bank sentral menuju penarikan stimulus.
Berdasar data Bloomberg, obligasi Afrika Selatan mencatat total return 8,7% ytd, surat berharga China naik 5,6%, Indonesia naik 5,2%, India naik 2,7%, dan Kroasia naik 1%. Kinerja ini masuk dalam jajaran peringkat teratas dari 46 pasar di seluruh dunia sepanjang 2021.
Mereka berhasil melampaui lonjakan tahunan terbesar dalam imbal hasil US Treasury sejak 2013. Ini menjadi kejutan yang cukup kuat untuk meningkatkan perdagangan mata uang dan saham di pasar berkembang.
Baca Juga: Strategi Manajer Investasi Meracik Portofolio Reksadana Campuran Sambut 2022
Sebenarnya, obligasi pasar berkembang secara keseluruhan telah turun 1,3% pada tahun 2021, menurut indeks Bloomberg. Namun, masih jauh lebih baik dibandingkan kinerja taper tantrum pada 2013.
Kala itu, sinyal Fed akan memotong pembelian aset membuat kinerja obligasi negara berkembang turun 3,8% sepanjang tahun. Bahkan terjadi penurunan terendah hingga 11% yang terjadi setelah tiga bulan kemudian.
Shafali Sachdev, kepala pendapatan tetap, mata uang dan komoditas untuk Asia di BNP Paribas Wealth Management di Singapura menyatakan kupon dan perbedaan suku bunga akan memainkan peran yang kuat dalam keputusan berinvestasi pada 2022.
Ia menyebut tahun depan akan terjadi persaingan ketat bagi kinerja pasar obligasi. “Berinvestasi dalam obligasi pasar berkembang tertentu mungkin merupakan cara preferensial untuk mencapai hal ini, daripada memperpanjang durasi atau menuruni kurva kredit,” paparnya.
Obligasi Afrika Selatan telah menjadi penentu kecepatan global tahun ini dengan pengembalian total 8,7%, meskipun negara tersebut menjadi yang pertama mengidentifikasi varian omicron dari virus corona pada November. Surat berharga China naik 5,6%, Indonesia naik 5,2%, India naik 2,7%, dan Kroasia naik 1%.
Sedangkan Kerugian terbesar terlihat di Hungaria, Peru dan Chili. Faktanya, bank sentral di tiga negara ini telah menaikkan suku bunga sepanjang tahun.
HSBC Holdings Plc melihat obligasi di Afrika Selatan, Indonesia dan China akan memperpanjang kenaikan hingga 2022. Andre de Silva dari HSBC Hong Kong menyatakan sikap bullish terhadap Afrika Selatan. Lantaran pasar utangnya memiliki salah satu kurva paling curam dan imbal hasil riil tertinggi di pasar negara berkembang.
Damien Buchet, kepala investasi Finisterre Capital juga melihat positif terhadap utang Afrika Selatan dan Indonesia. Manajer investasi yang berbasis di London ini masih mengandalkan obligasi dari negara berkembang.
Baca Juga: Harga Emas Spot Naik ke level US$1.811,3 pada Senin (27/12) pagi
Asal tahu saja, China akan mempublikasikan data PMI manufaktur dan non-manufaktur pada hari Jumat mendatang. Ini akan memberikan wawasan lebih lanjut tentang apakah pemulihan ekonomi terhambat oleh kemerosotan properti negeri itu.
Korea Selatan melaporkan data indeks harga konsumen pada hari yang sama dan angka perdagangan pada hari Sabtu. Bank of Korea telah berada di depan rekan-rekannya di Asia dalam menaikkan suku bunga karena berupaya memerangi inflasi yang meningkat
Rusia akan mengumumkan angka CPI awal untuk bulan Desember pada hari Kamis setelah indeks naik menjadi 8,4% pada bulan November, level tertinggi sejak 2016.
Afrika Selatan akan merilis neraca anggarannya pada hari Kamis, Turki akan melaporkan neraca perdagangannya pada hari Jumat, sementara bank sentral Uruguay akan mengumumkan keputusan kebijakan pada hari Kamis atau Jumat.