Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham Amerika Serikat kembali mencatatkan rekor bersejarah. Setelah sempat terguncang akibat dampak tarif impor pada awal musim semi, bursa saham kini mengalami rebound kuat hingga mencapai valuasi tertinggi sepanjang masa.
Indeks NASDAQ Composite, misalnya, telah melonjak lebih dari 40% sejak 8 April 2025, memperpanjang tren bull market yang sudah berlangsung lebih dari satu dekade. Kenaikan ini terutama ditopang oleh saham-saham teknologi pertumbuhan yang bergerak di sektor cloud computing dan kecerdasan buatan generatif (AI).
Valuasi Rekor: Lebih Tinggi dari 1999 dan 1929
Saat ini, valuasi ekuitas diperdagangkan pada level yang bahkan melampaui puncak Dot-Com Bubble 1999 maupun reli tahun 1929 yang kemudian berujung pada Great Depression.
Baca Juga: Trump Desak China Lipatgandakan Impor Kedelai AS, Harga Naik di Bursa Chicago
Kondisi ekstrem seperti ini tergolong langka dan sering kali menjadi tanda awal terjadinya turbulensi. Sebagai perbandingan, setelah mencapai puncaknya pada Maret 2000, NASDAQ jatuh 78% dalam tiga tahun berturut-turut pasca pecahnya gelembung Dot-Com.
Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah lonjakan saat ini menandakan lahirnya gelembung baru, atau justru mencerminkan terbentuknya keseimbangan baru dalam perekonomian yang semakin didominasi oleh teknologi?
Dominasi Saham Teknologi Besar
Saham-saham teknologi raksasa seperti Nvidia (NASDAQ: NVDA), Microsoft (NASDAQ: MSFT), dan Apple (NASDAQ: AAPL) tidak hanya mengungguli saham berkapitalisasi kecil maupun saham bernilai (value stocks), tetapi juga mencatatkan kinerja yang jauh lebih baik dibandingkan dengan S&P 500 (SPX), bahkan lebih tinggi daripada era akhir 1990-an.
Selain itu, tingkat konsentrasi pasar juga mencapai level tertinggi dalam sejarah. Kelompok saham yang dikenal dengan sebutan “Magnificent Seven” kini menguasai bobot yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam indeks saham utama AS.
Baca Juga: Jumlah Perusahaan China yang Listing di Bursa AS Terus Bertambah
Antara Hype dan Fundamental
Meski demikian, ada argumen bahwa rekor valuasi saat ini tidak semata didorong oleh euforia investor, melainkan juga oleh pertumbuhan laba yang luar biasa besar.
Nvidia, misalnya, mencatatkan lonjakan pendapatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga harga sahamnya lebih banyak ditopang oleh kinerja fundamental dibandingkan sekadar spekulasi — berbeda dengan banyak saham era Dot-Com yang berbasis pada “hype” semata.