Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Pada Senin (23/9), Hong Kong melakukan aksi bersih-bersih dan membuka kembali layanan kereta setelah terjadi aksi unjuk rasa yang disertai kekerasan pada akhir pekan oleh aktivis pro-demokrasi yang merusak stasiun kereta api dan pusat perbelanjaan di akhir pekan.
Melansir Reuters, pada hari Minggu polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa dalam bentrokan terbaru yang telah menjerumuskan kota yang dikuasai China itu ke dalam krisis politik terburuk dalam beberapa dekade.
Bentrokan terbesar terjadi di dekat stasiun Mass Transit Railway (MTR), yang sekarang menjadi sasaran serangan karena stasiun ini sering ditutup atas perintah pemerintah dengan tujuan menghambat para demonstran berkumpul.
Baca Juga: Bentrokan bisa pecah, massa pro China menarik Lennon Walls milik aktivis Hong Kong
Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di New Town Plaza di kota New Territories, Sha Tin pada hari Minggu. Mereka meneriakkan: "Berjuang untuk kebebasan" dan "Bebaskan Hong Kong."
Reuters memberitakan, para aktivis menginjak-injak bendera China di dekat stasiun kereta api dan mengitari seorang pria yang mereka yakini menentang mereka. Para pengunjuk rasa juga menghancurkan kamera video dan loket tiket di stasiun.
Sejumlah pengunjuk rasa juga mulai membuang sampah di pintu masuk mal. Para pengunjuk rasa kemudian berkumpul dan membakar barikade yang terbuat dari kardus, pohon-pohon palem yang rusak dan puing-puing lainnya.
Baca Juga: Ekonomi loyo, pengembang di China memangkas harga jual properti
MTR mengatakan, pada hari Senin, layanan kereta api telah kembali normal.
Mantan koloni Inggris itu berada di ambang perayaan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China pada 1 Oktober. Pemerintah Hong Kong sangat ingin menghindari adegan yang dapat mempermalukan pemerintah pusat di Beijing.
Sebelumnya, Pemerintah Hong Kong juga telah membatalkan aksi kembang api besar untuk menandai hari jadi China jika terjadi bentrokan lebih lanjut.
China mengatakan, mereka percaya pada pemimpin Hong Kong Carrie Lam untuk menyelesaikan krisis tersebut.