Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pendahulu Esper, Jim Mattis, berhenti pada 2018 karena perbedaan kebijakan dengan Trump, termasuk tentang Suriah. Mattis pada bulan Juni mengkritik Trump sebagai presiden pertama dalam hidupnya yang tidak berusaha mempersatukan rakyat Amerika - bahkan tidak berpura-pura mencoba. "Sebaliknya dia mencoba memecah belah kita," kata Mattis.
Seperti Mattis, Esper juga tidak setuju dengan sikap meremehkan Trump terhadap aliansi NATO dan waspada terhadap kecenderungan Trump untuk melihat aliansi militer AS melalui lensa transaksional yang eksplisit bahkan ketika dia mendukung seruan Trump kepada sekutu untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan, kata sumber.
Baca Juga: Xi Jinping dan Vladimir Putin pilih bungkam saat Joe Biden dinyatakan menang Pilpres
Namun dia juga berselisih pendapat dengan Trump karena masalah yang menjadi berita utama, termasuk keinginan Esper untuk melindungi Alexander Vindman. Vindman pada saat itu menjadi letnan kolonel yang bekerja di Gedung Putih, dan bersaksi dalam penyelidikan pemakzulan Trump.
Michael O'Hanlon dari lembaga think thank Brookings Institute mengatakan dia tidak percaya Trump kemungkinan akan memulai perombakan yang merusak kebijakan keamanan nasional AS meskipun memecat Esper.
"Dia ingin percaya bahwa dia memiliki semacam warisan yang masuk akal - di bidang ekonomi, dalam memperkuat militer, tidak memulai perang baru," kata O'Hanlon, mencatat bahwa Trump mungkin ingin mencoba mencalonkan diri lagi pada tahun 2024.