Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Senin (9/11/2020) bahwa dia telah "memberhentikan" Menteri Pertahanan Mark Esper.
Reuters memberitakan, Trump telah berselisih dengan Esper karena berbagai masalah. Dirinya dikabarkan sangat marah oleh penentangan publik Esper terhadap ancaman Trump untuk menggunakan pasukan militer aktif musim panas ini untuk menekan aksi protes jalanan atas ketidakadilan rasial setelah polisi membunuh George Floyd di Minneapolis.
Partai Demokrat bereaksi dengan cemas, dengan mengatakan langkah Trump mengirim pesan berbahaya kepada musuh Amerika dan meredupkan harapan untuk transisi yang tertib saat Presiden terpilih Joe Biden bersiap untuk menjabat.
"Pemecatan mendadak Menhan Esper adalah bukti yang mengganggu bahwa Presiden Trump bermaksud menggunakan hari-hari terakhirnya di Gedung Putih untuk menabur kekacauan di Demokrasi Amerika kita dan di seluruh dunia," kata Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nancy Pelosi seperti yang dikutip Reuters.
Baca Juga: Trump pecat Menteri Pertahanan AS Mark Esper enam hari pasca pemilu
Adam Smith, Perwakilan Demokrat yang memimpin Komite Angkatan Bersenjata DPR, mengutuk keputusan Trump sebagai hal yang "kekanak-kanakan" dan "sembrono."
Trump mengatakan di Twitter bahwa Christopher Miller, direktur National Counterterrorism Center, mengambil alih sebagai penjabat Menteri Pertahanan.
"Mark Esper telah diberhentikan," tulis Trump dalam tweet, menambahkan bahwa Miller akan bertindak sebagai Menhan secara efektif dengan segera.
Pejabat pertahanan AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan Kepala Staf Gedung Putih Mark Meadows menelepon Esper beberapa menit sebelumnya untuk memperingatkannya bahwa Trump akan memecatnya melalui Twitter.
Baca Juga: WHO tak sabar bekerja sama secara erat dengan tim Biden
Saat Trump segera keluar tanpa basa-basi ke Esper, Miller tiba di gedung Pentagon hanya satu jam atau lebih setelah pengumuman Trump - sebelum Pentagon sendiri bahkan mengeluarkan pernyataan yang mengakui pemecatan Esper.
Tidak jelas apakah Esper masih berada di dalam gedung pada saat Miller tiba.
Sumber mengatakan Esper telah lama mempersiapkan pengunduran dirinya atau pemecatannya setelah pemilihan presiden pekan lalu, terutama jika Trump akan memenangkan masa jabatan kedua.
Dalam sepucuk surat kepada Departemen Pertahanan yang dikeluarkan Senin malam, Esper mengatakan dia memilih mengalah karena menyadari bahwa "masih banyak lagi yang bisa kami capai".
Baca Juga: Tetap jadi pengajar, ini sejarah yang ditorehkan Jill Biden (istri Joe Biden)
Esper memuji militer karena tetap "apolitis," pernyataan yang sering dia gunakan dan yang dilihat lawan Trump sebagai kritik implisit terhadap upaya presiden untuk menggambarkan militer sebagai konstituennya di tengah kenaikan anggaran pertahanan.
Bakal ada lagi pemecatan
Paul Frymer, profesor politik di Universitas Princeton, mengatakan pemecatan Trump melalui Twitter adalah "tipikal dari seluruh kepresidenannya" dan memperingatkan itu bisa menimbulkan bahaya bagi Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular sekaligus penasihat kesehatan Gedung Putih, yang juga bentrok dengan Trump.
“Dia tidak bisa mengendalikan dorongan hati atau amarahnya dan dia menuntut kesetiaan kepadanya atas kebijakan, konstitusi atau apa pun,” kata Frymer kepada Reuters.
Baca Juga: Jika Trump menolak meninggalkan Gedung Putih, Agen Rahasia AS turun tangan
Trump memiliki hubungan yang tidak nyaman dengan Pentagon, di mana Esper dan petinggi lain telah berulang kali berusaha untuk tidak dipandang sebagai instrumen politik pemerintahan Trump.
Pendahulu Esper, Jim Mattis, berhenti pada 2018 karena perbedaan kebijakan dengan Trump, termasuk tentang Suriah. Mattis pada bulan Juni mengkritik Trump sebagai presiden pertama dalam hidupnya yang tidak berusaha mempersatukan rakyat Amerika - bahkan tidak berpura-pura mencoba. "Sebaliknya dia mencoba memecah belah kita," kata Mattis.
Seperti Mattis, Esper juga tidak setuju dengan sikap meremehkan Trump terhadap aliansi NATO dan waspada terhadap kecenderungan Trump untuk melihat aliansi militer AS melalui lensa transaksional yang eksplisit bahkan ketika dia mendukung seruan Trump kepada sekutu untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan, kata sumber.
Baca Juga: Xi Jinping dan Vladimir Putin pilih bungkam saat Joe Biden dinyatakan menang Pilpres
Namun dia juga berselisih pendapat dengan Trump karena masalah yang menjadi berita utama, termasuk keinginan Esper untuk melindungi Alexander Vindman. Vindman pada saat itu menjadi letnan kolonel yang bekerja di Gedung Putih, dan bersaksi dalam penyelidikan pemakzulan Trump.
Michael O'Hanlon dari lembaga think thank Brookings Institute mengatakan dia tidak percaya Trump kemungkinan akan memulai perombakan yang merusak kebijakan keamanan nasional AS meskipun memecat Esper.
"Dia ingin percaya bahwa dia memiliki semacam warisan yang masuk akal - di bidang ekonomi, dalam memperkuat militer, tidak memulai perang baru," kata O'Hanlon, mencatat bahwa Trump mungkin ingin mencoba mencalonkan diri lagi pada tahun 2024.