Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - VATIKAN CITY. Paus Fransiskus mendesak dunia untuk membiarkan cahaya Natal menembus kegelapan hati manusia untuk menghentikan penganiayaan atas nama agama, ketidakadilan sosial, konflik bersenjata dan ketakutan akan para migran.
Hal itu disampaikan Paus Fransiskus dalam pesan Hari Natal Urbi et Orbi (kepada kota dan dunia). Paus Fransiskus yang kini berusia 83 tahun itu menyerukan perdamaian di Tanah Suci, Suriah, Lebanon, Yaman, Irak, Venezuela, Ukraina, dan beberapa negara Afrika yang tengah dilanda konflik.
Baca Juga: Paus Francis: Jangan sampai kegagalan Gereja menjauhkan Anda menerima kasih Tuhan
Mengutip Reuters, Kamis (26/12), pesan Paus tersebut disampaikan terhadap ribuan orang atau peziarah yang berada di lapangan Santo Petrus, Vatikan dan jutaan orang lain yang menonton atau mendengarkan di seluruh dunia. Paus menekankan bahwa perubahan itu dimulai dari hati setiap individu.
"Ada kegelapan di hati manusia, namun terang Kristus masih lebih besar," kata Fransiskus, ketika ia menandai Natal ketujuh masa pontifikalnya.
“Ada kegelapan dalam hubungan pribadi, keluarga dan sosial, tetapi terang Kristus lebih besar. Ada kegelapan dalam konflik ekonomi, geopolitik dan ekologi, namun yang lebih besar adalah terang Kristus, ”kata Paus.
Fransiskus menyoroti penganiayaan terhadap orang-orang Kristen oleh kelompok-kelompok militan di Burkina Faso, Mali, Niger dan Nigeria, meminta Tuhan untuk menghibur mereka yang menderita karena iman mereka.
Baca Juga: Paus Fransiskus sebut pendaratan di Bulan menginspirasi kemajuan untuk kemanusiaan
Pada 1 Desember, sedikitnya 14 orang ditembak mati dalam serangan terhadap sebuah gereja di Burkina Faso timur, tempat pemberontakan kelompok Islam telah memicu ketegangan etnis dan agama.
Cerahkan kegelapan
Fransiskus, yang telah dicemooh oleh politisi populis karena pembelaannya terhadap pengungsi dan migran, mendedikasikan sebagian dari pidatonya untuk keadaan mereka yang menyedihkan.
“Ketidakadilan membuat mereka menyeberangi gurun dan laut yang menjadi kuburan. Adalah ketidakadilan yang memaksa mereka untuk menanggung segala bentuk pelecehan yang tak terkatakan, perbudakan dalam segala bentuk dan penyiksaan di kamp-kamp tahanan yang tidak manusiawi, ”kata Fransiskus.
Baca Juga: Bertemu Paus Fransiskus, Putin kembali terlambat untuk ketiga kalinya
Bulan ini, Paus menyerukan penutupan kamp penahanan migran di Libya.
"Adalah ketidakadilan yang membuat mereka menjauh dari tempat-tempat di mana mereka mungkin memiliki harapan untuk kehidupan yang bermartabat, tetapi malah menemukan diri mereka di depan tembok ketidakpedulian," katanya.
Fransiskus mengatakan bahwa sementara ada banyak masalah besar di dunia, orang tidak perlu melihat jauh untuk memperbaiki ketidakadilan.
Mereka dapat membuat perbedaan dalam komunitas mereka sendiri sebagai awal untuk menyembuhkan semua anggota keluarga manusia kita yang menderita.
“Semoga (Tuhan) melembutkan hati kita yang sering berbatu dan egois, dan menjadikannya saluran kasih-Nya. Semoga dia membawa senyumnya, melalui wajah-wajah kita yang miskin, kepada semua anak di dunia: kepada mereka yang ditinggalkan dan mereka yang menderita kekerasan, ”kata Fransiskus.
Baca Juga: Vatikan desak Beijing hentikan intimidasi terhadap umat Katolik
Untuk menggarisbawahi pesannya, kedua kardinal yang diangkat Fransiskus bergabung dengannya di balkon pusat basilika adalah Renato Martino, presiden emeritus kantor imigrasi Vatikan, dan Konrad Krajewski, almoner kepausan yang mendistribusikan bantuan kepada orang miskin dan tuna wisma di Roma.
“Melalui tangan kita yang lemah, semoga dia memberi pakaian kepada orang-orang yang tidak punya pakaian, memberi roti kepada yang lapar dan menyembuhkan yang sakit,” katanya, seraya menambahkan bahwa melalui persahabatan, setiap orang bisa dekat dengan orang tua, orang yang kesepian, migran dan orang-orang yang terpinggirkan .
"Pada Hari Natal yang penuh kegembiraan ini, semoga dia membawa kelembutannya ke semua dan mencerahkan kegelapan dunia ini," kata Paus Fransiskus.