Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - VATICAN CITY. Paus Leo XIV, pemimpin baru Gereja Katolik Roma, menyampaikan seruan kuat untuk mengakhiri peperangan dalam pesan publik Minggu pertamanya di Lapangan Santo Petrus, Vatikan.
Dalam khotbah yang penuh empati dan kepedulian global, Paus mengajak para pemimpin dunia untuk mewujudkan perdamaian sejati yang adil dan langgeng, khususnya di Ukraina, Gaza, serta kawasan-kawasan konflik lainnya.
"Tidak Ada Lagi Perang": Pesan Sentral yang Menggema di Vatikan
Dengan suara mantap dan dalam bahasa Italia yang fasih, Paus Leo XIV berseru: "Tidak ada lagi perang!" — sebuah frasa yang dahulu sering diucapkan oleh pendahulunya, Paus Fransiskus.
Seruan tersebut disampaikan di hadapan lebih dari 100.000 umat yang berkumpul di Vatikan pada 11 Mei 2025, hanya beberapa hari setelah beliau terpilih sebagai Paus pada 8 Mei.
Baca Juga: Paus Leo Serukan Para Kardinal Lanjutkan Warisan Berharga Paus Fransiskus
Dalam pidatonya, Paus menggarisbawahi bahwa dunia saat ini sedang mengalami "skenario dramatis dari Perang Dunia Ketiga yang terjadi secara bertahap", mengutip kembali istilah yang diciptakan oleh Paus Fransiskus untuk menggambarkan situasi konflik global yang tersebar.
Fokus pada Ukraina, Gaza, dan Asia Selatan
Paus menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap penderitaan rakyat Ukraina. Menanggapi proposal dari Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membuka pembicaraan langsung dengan Ukraina, Leo XIV menyerukan negosiasi aktif yang dapat menghasilkan "perdamaian otentik, adil, dan langgeng" guna mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun tersebut.
Paus juga menyuarakan kesedihan mendalam atas konflik yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. Beliau menyerukan gencatan senjata segera, pembukaan jalur bantuan kemanusiaan, serta pembebasan semua sandera Israel yang ditahan oleh kelompok militan Hamas.
Dalam pernyataannya, Paus menyambut baik tercapainya gencatan senjata antara India dan Pakistan yang dinegosiasikan semalam sebelumnya. Beliau menyampaikan harapannya agar langkah ini menjadi jalan menuju perjanjian damai permanen antara dua negara yang sama-sama memiliki senjata nuklir.
Latar Belakang Paus Leo XIV: Misionaris Amerika Berdarah Peru
Paus Leo XIV, sebelumnya dikenal sebagai Kardinal Robert Prevost, mencatat sejarah sebagai Paus pertama yang lahir di Amerika Serikat. Beliau menjalani sebagian besar pelayanannya sebagai misionaris di Peru selama beberapa dekade, sebelum diangkat menjadi kardinal dan menjabat peran senior di Vatikan dua tahun lalu.
Paus Leo juga merupakan warga negara Peru sejak tahun 2015, dan hal ini menjadi kebanggaan besar bagi komunitas Katolik di Amerika Latin. Banyak yang menyebutnya sebagai “Paus Peru”, termasuk Gladys Ruiz, warga Roma keturunan Peru, yang mengatakan bahwa pemilihannya merupakan “kehormatan besar bagi kami.”
Baca Juga: Gaji Paus Leo XIV Terungkap! Fakta Mengejutkan yang Tak Pernah Anda Duga
Suasana Meriah: Iring-Iringan Marching Band di Tengah Pesan Damai
Suasana di Vatikan bukan hanya dipenuhi dengan semangat religius dan seruan damai, tetapi juga dengan nuansa budaya yang meriah.
Sebelum Paus berbicara, rombongan marching band dari berbagai belahan dunia berparade menyusuri Via della Conciliazione — memainkan lagu-lagu populer seperti Y.M.C.A., tema film Rocky, dan Stars and Stripes Forever karya John Philip Sousa.
Paus tidak menyinggung negara asalnya dalam penampilan publiknya sejauh ini, sebuah sikap yang memicu kritik dari sebagian komentator konservatif di Amerika Serikat. Namun, bagi umat Katolik global, fokus utama beliau tetap jelas: perdamaian, keadilan, dan belas kasih bagi dunia yang terluka oleh konflik.