kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   2.000   0,10%
  • USD/IDR 16.378   49,00   0,30%
  • IDX 7.859   -31,86   -0,40%
  • KOMPAS100 1.103   -7,60   -0,68%
  • LQ45 822   -6,76   -0,82%
  • ISSI 265   -0,92   -0,35%
  • IDX30 425   -3,33   -0,78%
  • IDXHIDIV20 494   -1,99   -0,40%
  • IDX80 124   -0,75   -0,60%
  • IDXV30 131   0,35   0,27%
  • IDXQ30 138   -0,83   -0,60%

Jerome Powell: The Fed Tertekan Trump, Inflasi Masih Jadi Tantangan


Jumat, 22 Agustus 2025 / 17:46 WIB
Jerome Powell: The Fed Tertekan Trump, Inflasi Masih Jadi Tantangan
ILUSTRASI. Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dijadwalkan menyampaikan pidato pada konferensi ekonomi tahunan Jackson Hole pada Jumat (22/8).


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dijadwalkan menyampaikan pidato pada konferensi ekonomi tahunan Jackson Hole pada Jumat (22/8).

Momen ini datang di tengah tekanan besar dari Presiden Donald Trump, sementara data ekonomi yang beragam mendorong Powell untuk mengambil sikap hati-hati di tengah kebijakan moneter yang krusial.

Tekanan Politik dan Ekspektasi Pasar

Investor berharap, bahkan Trump secara terbuka menuntut, agar The Fed memangkas suku bunga pada pertemuan bulan depan. Dua gubernur The Fed sebelumnya sudah menyuarakan perbedaan pendapat pada rapat kebijakan terakhir, dengan alasan pasar tenaga kerja melemah lebih cepat dari data resmi ketenagakerjaan.

Namun, inflasi tetap berada di atas target 2% The Fed dan diperkirakan akan meningkat lebih lanjut, terutama karena efek tarif impor Trump yang mulai terasa pada harga ritel. Kondisi ini membuat sebagian pembuat kebijakan ragu menurunkan suku bunga, khawatir langkah tersebut dapat memperburuk kredibilitas The Fed dalam mengendalikan inflasi.

Baca Juga: Wall Street Melemah, Investor Menanti Sinyal The Fed di Jackson Hole

“Kredibilitas kita dalam menjaga target inflasi adalah aset penting,” ujar Jeffrey Schmid, Presiden The Fed Kansas City, dalam wawancara dengan CNBC. Ia menekankan risiko menurunkan suku bunga saat inflasi masih tinggi dapat memperkuat “mentalitas inflasi” di masyarakat.

Powell Hadapi Dilema Kebijakan

Powell, yang masa jabatannya sebagai ketua The Fed berakhir Mei 2026, diperkirakan akan menggunakan pidatonya untuk mengungkapkan kerangka kerja baru bagi The Fed sekaligus menyampaikan arah kebijakan suku bunga.

Beberapa analis menilai Powell bisa mengambil jalan tengah: membuka peluang pemangkasan suku bunga pada September demi mencegah pelemahan pasar tenaga kerja lebih jauh, namun tanpa berkomitmen pada penurunan lanjutan sampai kepastian inflasi mereda.

Namun, kompromi semacam itu kemungkinan tidak akan memuaskan Trump, yang mendesak suku bunga diturunkan mendekati 1%, maupun investor yang bertaruh pada serangkaian pemangkasan sepanjang tahun ini.

Baca Juga: BI Prediksi The Fed Pangkas Bunga Dua Kali Tahun Ini

“Melihat data, kebijakan moneter yang disebut terlalu ketat sebenarnya tidak sepenuhnya sesuai. Risiko terbesar justru inflasi,” kata Adam Posen, Presiden Peterson Institute for International Economics. Ia menilai, pemangkasan suku bunga mungkin tetap dilakukan sebagai “asuransi” terhadap pelemahan pasar tenaga kerja, dan secara politis untuk “membeli waktu.”

Ancaman terhadap Independensi The Fed

Tekanan Trump terhadap Powell dan The Fed kini semakin dipandang sebagai ancaman bagi independensi bank sentral AS. Hampir setiap keputusan kini dipersepsikan publik sebagai bentuk tunduk pada Trump atau sebaliknya sebagai perlawanan politik, bukan semata-mata hasil analisis risiko ekonomi.

Trump bahkan telah menyerang Powell secara personal dan mendesak agar ia mundur. Ia juga meminta Gubernur The Fed Lisa Cook mengundurkan diri dengan tuduhan penyalahgunaan status kepemilikan properti dalam urusan hipotek. Cook menolak tekanan tersebut dan menegaskan tidak akan “dibully” keluar dari jabatannya.

Menurut William English, mantan kepala divisi moneter The Fed yang kini mengajar di Yale School of Management, sejauh ini The Fed masih berhasil mempertahankan independensinya. Namun, jika ada anggota dewan yang mundur atau dipaksa keluar, hal ini bisa membuka peluang bagi Gedung Putih untuk memperbesar pengaruhnya atas kebijakan moneter.

Baca Juga: Trump Desak Gubernur The Fed Lisa Cook Mundur karena Dugaan Hipotek

Kekhawatiran “Trumpifikasi” The Fed

Sejumlah analis memperingatkan bahwa dalam jangka panjang, tekanan politik bisa mengarah pada apa yang disebut “Trumpifikasi” The Fed, yakni pergeseran fungsi bank sentral menjadi lebih condong pada agenda politik presiden.

“Risikonya adalah independensi The Fed tergerus, dan fungsi reaksinya terhadap inflasi dan suku bunga akan bergeser,” tulis Krishna Guha, mantan staf senior The Fed New York yang kini menjabat di Evercore ISI.

Saat ini, Trump sudah menominasikan Stephen Miran, Ketua Council of Economic Advisers, untuk mengisi kursi kosong setelah Gubernur Adriana Kugler mengundurkan diri. Jika pada 2026 ada lebih banyak kursi dewan yang berakhir masa jabatannya, Trump berpotensi mengubah komposisi The Fed secara signifikan.

Selanjutnya: GLOBAL MARKETS-Stocks in Holding Pattern as Traders Await Powell Speech

Menarik Dibaca: Perayaan 50 Tahun, Polytron Hadirkan Fun Run hingga Konser Musik




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×