Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan bahwa bank sentral masih memerlukan waktu untuk menilai dampak inflasi dari kenaikan tarif perdagangan sebelum mempertimbangkan pemangkasan suku bunga yang terus didesak Presiden Donald Trump.
Dalam kesaksian tertulisnya di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS, Selasa pagi (waktu setempat), Powell menggarisbawahi bahwa kenaikan tarif tahun ini “kemungkinan akan mendorong harga naik dan membebani aktivitas ekonomi.”
Namun, ia juga menambahkan bahwa: “Dampaknya terhadap inflasi bisa bersifat sementara, hanya mencerminkan pergeseran satu kali pada level harga. Tetapi bisa juga efek inflasinya lebih bertahan lama.”
Karena itu, Powell menegaskan bahwa The Fed memilih untuk menunggu dan melihat perkembangan lebih lanjut sebelum mengubah kebijakan moneternya.
Baca Juga: Trump Sindir Ketua The Fed, Sebut Jerome Powell 'Bodoh'
Pasar Revisi Ekspektasi: Pemangkasan Suku Bunga Mundur ke September?
Setelah pernyataan Powell dirilis, pelaku pasar mulai mengurangi ekspektasi akan pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed bulan Juli, dan mengalihkan prediksi ke bulan September dengan kemungkinan penurunan lanjutan menjelang akhir tahun.
Hal ini sejalan dengan proyeksi ekonomi terbaru yang dirilis pekan lalu, di mana sebagian besar pejabat The Fed memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada 2025, meskipun dalam rapat terakhir, suku bunga tetap ditahan pada kisaran 4,25% hingga 4,5%.
Perpecahan di Internal The Fed
Dalam beberapa hari terakhir, dua gubernur The Fed yang merupakan pilihan Trump, menyatakan bahwa suku bunga bisa mulai dipangkas pada Juli karena inflasi belum merespons tarif dengan kenaikan signifikan. Namun, dua presiden bank cadangan regional lainnya masih khawatir inflasi bisa kembali naik di paruh kedua tahun ini.
Perbedaan pandangan ini menandakan adanya ketidakpastian di internal The Fed mengenai waktu terbaik untuk pelonggaran kebijakan.
Trump Kembali Desak Pemangkasan Suku Bunga Drastis
Presiden Donald Trump kembali melancarkan tekanan kepada Powell, menyebut bahwa suku bunga seharusnya sudah turun 2 hingga 3 poin lebih rendah.
Dalam unggahan di media sosial jelang sidang, Trump menyebut Powell sebagai: “Orang keras kepala dan bodoh,” sambil berharap “Kongres bisa menekannya habis-habisan.”
Baca Juga: The Fed: Kenaikan Harga Akibat Tarif Akan Terasa dalam Beberapa Bulan ke Depan
Trump, yang mengangkat Powell sebagai Ketua The Fed di masa jabatan pertamanya, diperkirakan tidak akan memperpanjang masa jabatan Powell yang akan berakhir musim semi mendatang.
Stabilitas Ekonomi Masih Terjaga, Tapi Tarik Ulur Kebijakan Perdagangan Jadi Kunci
Meskipun menolak desakan Trump, Powell menegaskan bahwa ekonomi AS saat ini berada dalam posisi yang “solid”, dengan tingkat pengangguran rendah dan inflasi yang masih jauh di bawah puncaknya saat pandemi.
Namun, ia mengingatkan bahwa banyak aspek dari kebijakan perdagangan AS yang belum pasti, terutama dengan tenggat 9 Juli mendekati — yang bisa membawa tarif lebih tinggi terhadap sejumlah negara mitra dagang utama AS.
“Perubahan kebijakan masih terus berkembang, dan dampaknya terhadap ekonomi masih belum pasti,” tutup Powell.