kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.986.000   17.000   0,86%
  • USD/IDR 16.847   60,00   0,35%
  • IDX 6.676   62,60   0,95%
  • KOMPAS100 965   12,52   1,31%
  • LQ45 751   9,05   1,22%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,36   1,13%
  • IDXHIDIV20 468   3,70   0,80%
  • IDX80 109   1,39   1,28%
  • IDXV30 115   1,32   1,17%
  • IDXQ30 128   1,29   1,02%

PBB: 258 Juta Orang di 58 Negara Mengalami Kerawanan Pangan Akut Pada 2022


Kamis, 04 Mei 2023 / 18:25 WIB
PBB: 258 Juta Orang di 58 Negara Mengalami Kerawanan Pangan Akut Pada 2022
ILUSTRASI. Warga Afghan membawa karung beras, diberikan sebagai bagian dari bantuan kemanusiaan kiriman dari China ke Afghanistan, di pusat distribusi di Kabul, Afghanistan, Kamis (7/4/2022). REUTERS/Ali Khara


Sumber: AP News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - ROMA. Masalah kerawanan pangan masih terus terjadi hingga tahun 2022. Laporan terbaru badan PBB menyebut ada 258 juta orang di 58 negara yang masih mengalami kerawanan pangan tahun lalu.

Global Report on Food Crises, sebuah aliansi organisasi kemanusiaan yang didirikan oleh PBB dan Uni Eropa mengatakan, orang-orang menghadapi kelaparan dan kematian di tujuh negara, yaitu Somalia, Afghanistan, Burkina Faso, Haiti, Nigeria, Sudan Selatan, dan Yaman.

Laporan tersebut menemukan bahwa jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan akut dan membutuhkan bantuan pangan mendesak mencapai 258 juta. Jumlahnya telah meningkat selama empat tahun berturut-turut.

"Sebuah tuntutan pedas atas kegagalan umat manusia untuk mengimplementasikan tujuan-tujuan PBB untuk mengakhiri kelaparan dunia," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, seperti dikutip AP News.

Baca Juga: Bank Dunia Memilih Mantan CEO Mastercard Ajay Banga Sebagai Presiden Berikutnya

Kerawanan pangan akut adalah kondisi ketidakmampuan seseorang untuk mengonsumsi makanan yang cukup. Kondisi ini pada akhirnya menempatkan kehidupan atau mata pencaharian mereka dalam bahaya yang nyata.

Lebih dari seperempat miliar orang tersebut menghadapi kerawanan pangan akut tahun lalu karena konflik, perubahan iklim, dampak pandemi Covid-19, hingga dampak perang di Ukraina.

"Dampaknya paling parah di negara-negara termiskin yang bergantung pada impor makanan. Harga telah meningkat, negara-negara tersebut telah terpengaruh secara negatif," kata Rein Paulsen, direktur keadaan darurat dan ketahanan untuk Organisasi Pangan dan Pertanian PBB.

Baca Juga: Meski Perang, Nilai Kekayaan Miliarder Rusia Melonjak Tajam

Paulsen menyoroti konsekuensi perang Rusia di Ukraina yang berdampak pada perdagangan global pupuk, gandum, jagung, dan minyak bunga matahari.

Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia PBB (WFP), Cindy McCain, mengeluarkan peringatan bahwa sumber daya badan mereka untuk memberikan bantuan makanan di tengah melonjaknya kebutuhan hampir habis.

"WFP dapat dipaksa untuk membuat keputusan yang memilukan untuk memangkas bantuan jika pendanaan baru yang substansial tidak terwujud dengan cepat. Jutaan rang tertatih-tatih di ambang kelaparan dan malapetaka," kata McCain yang baru saja kembali dari Somalia.



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×