Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BERLIN. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut Gaza kini menjadi wilayah paling lapar di dunia, setelah Israel membatasi hampir seluruh aliran bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.
“Apa yang bisa kami bawa ke Gaza hanya tepung. Itu pun tidak siap saji,” ujar Jens Laerke, Juru Bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), dalam konferensi pers di Jenewa, Jumat (30/5).
“100% populasi Gaza berada dalam risiko kelaparan.”
Baca Juga: AS Usulkan Gencatan Senjata Selama 60 Hari untuk Gaza
Laerke mengungkapkan, dari 900 truk bantuan yang siap dikirim, hanya 600 yang diizinkan mencapai perbatasan Israel-Gaza.
Namun, selebihnya terhambat oleh prosedur birokrasi dan hambatan keamanan, sehingga bantuan sulit menjangkau warga Gaza.
Sistem Kesehatan Kolaps
Krisis tidak hanya terjadi pada akses pangan. Tommaso della Longa, juru bicara Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menambahkan bahwa lebih dari separuh fasilitas kesehatan di Gaza tak lagi berfungsi akibat kekurangan bahan bakar dan peralatan medis.
“Tanpa bahan bakar, rumah sakit tidak bisa menjalankan mesin, termasuk inkubator bayi dan ruang operasi,” tegas Longa.
Baca Juga: Jerman Ancam Tindakan Terhadap Israel Terkait Konflik di Gaza
Isolasi Total
Situasi ini menambah daftar panjang dampak dari konflik yang terus memburuk antara Israel dan kelompok Hamas.
Sejak Oktober 2023, blokade darat dan laut diperketat, termasuk pembatasan masuknya bahan bakar, makanan, dan obat-obatan ke Gaza.
Laporan sebelumnya dari OCHA menyebut bahwa lebih dari 1 juta warga Gaza kini hidup dari sisa-sisa distribusi bantuan yang tidak konsisten dan bergantung pada air yang tidak layak konsumsi.