Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tri Adi
KONTAN.CO.ID - Mampu melihat kebutuhan pasar menjadi kekuatan Bhadresh Shah dalam membesarkan bisnis AIA Engineering Group. Produsen mesin industri ini melayani berbagai sektor seperti semen dan pertambangan. Berdiri pada tahun 1979, AIA Engineering berkembang pesat dengan memiliki sejumlah gudang penyimpanan di berbagai negara dan sejumlah anak usaha. Lewat bisnisnya ini Shah bertransformasi menjadi miliuner dengan kekayaan sebesar US$ 1,33 miliar.
Dalam dunia bisnis, menaruh perhatian besar terhadap kebutuhan konsumen merupakan strategi penting yang diterapkan banyak pengusaha. Mungkin terdengar klise, namun hal ini mampu menjadi resep jitu dalam pengembangan bisnis Bhadresh Shah, pendiri AIA Engineering Group asal India. Berkat strategi ini pula, ia kini menyandang status sebagai miliarder dengan kekayaan pribadi yang dicatat Majalah Forbes mencapai US$ 1,33 miliar.
AIA Engineering adalah perusahaan yang berkembang menjadi salah satu raksasa di bidang rekayasa. Perusahaan yang berdiri sejak 1979 ini memiliki salah satu andalan produk yakni mesin penggilingan yang dipakai oleh berbagai perusahaan di sejumlah sektor. Bahkan saat ini, AIA Engineering merupakan produsen mesin penggilingan kedua terbesar di dunia.
Salah satu sektor industri yang jadi pelanggan AIA Engineering adalah dari industri semen. Sektor ini merupakan yang pertama menjadi fokus Shah saat memulai bisnis. Dengan kemampuannya mengetahui kebutuhan dari para konsumen, ia mencari jalan terbaik untuk merekayasa kebutuhan tersebut dengan memilih komponen terbaik dan memproduksi produk yang berkualitas tinggi. Cara ini, rupanya berhasil memikat para konsumen di berbagai sektor.
Ia mengembangkan produk-produk yang mampu meminimalisir biaya pemeliharaan namun mampu meningkatkan efektivitas biaya bagi pelanggan.
Sejumlah peralatan yang diproduksi untuk produsen semen di antaranya adalah alat penggilingan, dinding pemisah komponen, hingga sejumlah peralatan lain. Dengan terus berkembangnya industri semen, AIA Engineering pun terus mengembangkan produk baru untuk memenuhi kebutuhan yang makin tinggi dan kompleks.
Sektor lain yang juga banyak menggunakan jasanya adalah dari industri pertambangan. Shah mampu membuat komponen yang lebih kuat dan tahan lama, yang bisa menekan biaya operasional. Alat buatan Shah kini digunakan di berbagai tambang mulai dari besi, emas, zinc, bauksit, hingga tembaga.
Begitu juga dengan industri power plant. Dengan penawaran alat yang bisa membuat biaya produksi lebih kecil namun dengan produktivitas lebih tinggi, konsumen dari industri ini banyak menggunakan produk buatan AIA Engineering.
Beberapa perusahaan besar di sejumlah sektor menjadi konsumen setianya, sebut saja seperti Anglo, Rio Tinto, Vale, Arcelor Mittal, Barrick Gold, Holcim, Lafarge hingga Cemex.
Selain jasa rekayasa dan pembuatan perkakas, Shah juga punya bisnis distribusi. Vega Industries menjadi anak usaha AIA Engineering yang memasarkan produk di luar India. Untuk menancapkan kukunya di bisnis distribusi ini, ia pun mendirikan sejumlah anak usaha dari Vega di sejumlah negara. Di antaranya adalah Vega Industries Chile, Vega Industries Ltd United Kingdom, Vega Industries Ltd USA, Vega Industries Pty Ltd Russia, Wuxi Vega Trade Co Ltd China, AIA Ghana Limited, hingga Vega Industries Indonesia.
Selain itu, ia pun punya beberapa gudang penyimpanan di sejumlah negara semisal Belanda, Australia, Ghana, Rusia, Amerika Serikat, dan Inggris. Sementara AIA sekarang memiliki empat pabrik di Ahmedabad, Nagpur, Bangalore dan Trichy. Ekspor berkontribusi lebih dari dua pertiga pendapatan AIA Engineering. Shah juga mampu membuat perusahaan ini bebas utang.
"Perusahaan ini tidak memerlukan utang," ujar Shah. Dia saat ini memiliki 61,65% saham AIA, sementara sisanya dipegang oleh lembaga asing dan India dan investor publik.
(Bersambung)