kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Pekerja kesehatan Myanmar lakukan aksi mogok kerja memprotes kudeta militer


Kamis, 04 Februari 2021 / 02:30 WIB
Pekerja kesehatan Myanmar lakukan aksi mogok kerja memprotes kudeta militer


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - YANGON. Dalam rangka memprotes kudeta militer yang terjadi hari Senin (1/1) lalu, staf di 70 rumah sakit dan departemen medis di 30 kota di seluruh Myanmar melakukan aksi mogok kerja pada hari Rabu (3/2).

Dilansir dari Reuters, gerakan ini diprakarsai oleh Gerakan Pembangkangan Sipil Myanmar, kelompok massa yang baru dibentuk pasca kudeta militer. Secara garis besar, gerakan ini memprotes kudeta yang menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Dalam pernyataannya, kelompok tersebut mengecam pihak militer yang telah menempatkan kepentingannya sendiri di atas populasi rentan yang menghadapi kesulitan selama pandemi virus corona.

"Kami menolak untuk mematuhi perintah apa pun dari rezim militer tidak sah yang menunjukkan bahwa mereka tidak menghormati pasien kami yang malang," ungkap pernyataan kelompok tersebut seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Pasca kudeta di Myanmar, Dewan Keamanan PBB gelar pertemuan membahas nasib Rohingya

Kepada Reuters, salah satu dokter di Yangon mengatakan tidak akan kembali ke rumah sakit jika tentara belum mundur. Ia sendiri belum yakin sampai kapan aksi ini akan berlangsung.

"Saya ingin para tentara kembali ke asrama mereka dan itulah mengapa kami para dokter tidak pergi ke rumah sakit. Saya tidak memiliki perkiraan waktu berapa lama saya akan teruss melakukan teguran ini. Tergantung situasinya," ungkap dokter berusia 29 tahun tersebut.

Selain petugas kesehatan, kelompok pelajar dan pemuda juga bergabung dalam kampanye pembangkangan sipil besar-besaran ini.

Aksi ini dikhawatirkan bisa membuat proses penanganan pasien Covid-19 di seluruh negeri menjadi terhambat. Apalagi mengingat jumlahnya masih cukup banyak.

Virus corona hingga saat ini telah menewaskan lebih dari 3.100 orang di Myanmar, salah satu jumlah korban tertinggi di Asia Tenggara.

Selanjutnya: Bank Dunia: Kudeta militer bisa ganggu pembangunan ekonomi Myanmar



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×