Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) untuk kembali menaikkan suku bunga secara agresif membuat pasar saham was-was. Bursa Saham Eropa kompak menguat tapi di saat yang sama bersiap hadapi dampak kenaikan suku bunga serta penguncian Covid-19 terbaru di China.
Tercatat indeks berjangka pan-region Euro Stoxx 50 mampu bertahan naik 1,2%. Kemudian indeks berjangka DAX Jerman juga ikut naik 1,3% dan FTSE berjangka 0,75% lebih tinggi.
Meski naik, pasar berjangka memperkirakan sebesar The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 75 basis poin pada pertemuan September 2022 mendatang. Proyeksi tersebut meningkat dibandingkan sehari sebelumnya.
Sebaliknya, indeks MSCI dari pasar saham di Asia Pasifik kecuali Jepang turun 0,5% yang merupakan kinerja mingguan terburuk sejak pertengahan Juni dengan penurunan 3,6% seiring meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga global yang lebih hawkish telah menghantam aset berisiko.
Baca Juga: Harga Minyak Rebound Hampir 2% Jelang Pertemuan OPEC+ di Pekan Depan
Indeks Nikkei Jepang turun 0,1%, sementara indeks saham bluechip di China turun 0,5% dan indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,0%.
"Pasar secara luas terus menyerap apa pun yang diperlukan bank sentral untuk menurunkan inflasi. Berarti pertumbuhan ekonomi global akan jauh lebih lambat," kata Direktur Strategi Pertanian Commonwealth Bank Tobin Gorey dikutip dari Reuters pada Jumat (2/9).
Selain itu, ekonomi China yang melemah merupakan faktor khusus yang memperkuat ketidakpastian ekonomi. Analis Nomura khawatir terhadap kenaikan kasus Covid-19 di China bergeser dari daerah dan kota kecil ke provinsi yang jauh lebih penting bagi ekonomi nasional China.
"Kami mempertahankan pandangan bahwa China akan mempertahankan kebijakan nol-COVID-nya hingga Maret 2023, ketika perombakan (kepemimpinan) selesai sepenuhnya. Tetapi kami sekarang mengharapkan langkah pelonggaran kebijakan nol-Covid yang lebih lambat setelah Maret 2023," tulis analis di Nomura.
Di Eropa, kekhawatiran resesi sedang meningkat, dengan survei menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur di seluruh zona ini turun lagi pada bulan lalu karena konsumen merasakan tekanan dari kenaikan biaya hidup.