Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Tri Adi
Dibesarkan di masyarakat kelas menengah di Taiwan, sejak kecil Pierre Chen mempunyai ketertarikan di bidang komputer. Oleh karena itu setelah lulus SMA, pria yang berasal dari daerah selatan Taiwan, yaitu Kaoshiung, ini memutuskan mengambil jurusan ilmu komputer di salah satu universitas ternama di sana, yaitu National Cheng Kung University. Setelah lulus kuliah, Chen bergabung dengan bisnis kakaknya di bidang peralatan elektronik Yageo pada 1981.
Awalnya Yageo didirikan oleh Wood Chen yang merupakan kakak Pierre Chen. Wood Chen tercatat sebagai pendiri, tapi yang menjalankan kemudi perusahaan sebagai chief executive officer (CEO) adalah Pierre Chen. Mengutip Fundinguniverse, pada saat itu bisa dibilang Taiwan sedang mengalami revolusi industri ketiga. Menjelang akhir tahun 1980-an industri manufaktur terutama perakitan komponen elektronik di Taiwan sedang mengalami geliat.
Namun pada saat itu kebanyakan komponen elektronik didatangkan dari Jepang. Pada saat itu teknologi komponen elektronik Jepang merupakan salah satu acuan di dunia termasuk di Taiwan.
Keluarga Chen yang merupakan hasil didikan dari universitas ternama di Taiwan merupakan salah satu tokoh bisnis yang dipandang di negaranya. Selain terdidik, pebisnis generasi Chen ini dikenal memiliki nasionalisme tinggi dengan usia dikatakan cukup muda.
Pebisnis seangkatan Chen pada 1980-an dikenal mempunyai inovasi yang cukup tinggi. Karena itu dalam menjalankan bisnisnya, Wood Chen dan Pierre Chen tidak mau tergantung pada teknologi Jepang. Wood Chen, kakak Pierre Chen mendirikan perusahaan peralatan elektronik Yageo pada tahun 1977. Pada awal berdiri, Chen memfokuskan diri untuk membuat produk metal film resistor.
Dalam mendirikan Yageo, Chen termotivasi dari prinsip nasionalisme dan patriotik. Seperti dijelaskan sebelumnya, ekonomi Taiwan sangat tergantung pada Jepang, terutama di bidang teknologi dan komponen. Lantaran sikap patriotik ini, Chen memutuskan untuk mengembangkan teknologi bidang perakitan alat elektronik. Sejak tahun 1986, Chen memutuskan mengembangkan riset dan pengembangan di bidang ini.
Langkah Chen membesarkan bisnis perusahaan ini tidak main-main. Ia bahkan sampai mengirimkan tim riset ke Silicon Valley California untuk mempelajari proses vacuum sputtering coating machine (VSCM) dan laser trimming system (LTS). Langkah ini, menjadikan Yageo produsen manufaktur resistor Taiwan pertama yang menggunakan metode produksi pengembangan secara internal.
Dengan memakai dua teknologi yaitu VSCM dan LTS, Yageo Corporation juga bisa dibilang satu satunya perusahaan manufaktur yang menggabungkan dua teknologi ini. Chen juga lebih percaya diri dalam bersaing dengan perusahaan Jepang dengan teknologi yang dipakai.
Untuk meningkatkan persaingan, Yageo mengoptimalkan riset dan pengembangan produk. Setiap tahun, Yageo mengalokasikan 5% dana dari penjualan untuk riset. Dari sini, muncul beberapa inovasi salah satunya tiga paten dan lima hak cipta dari produk elektronik yang dibuat.
Selain itu, Chen berusaha membangun sumber daya manusia perusahaan agar lebih bersaing ke depan. Caranya, dengan mengoptimalkan kemampuan pekerja. Dengan semakin produktif dan efisien pekerja diharapkan ini bisa menjadi salah satu faktor pendorong untuk mengembangkan perusahaan.
Selain penguatan dari dalam, Chen juga berusaha membuat Yageo melakukan diversifikasi bisnis pada periode tahun 1980-1990. Pada periode ini, Chen mendorong Yageo untuk beralih fokus dari produksi peralatan manufaktur ke pembuatan resistor.
Salah satu produk resistor Yageo yang cukup terkenal adalah thin film resistor. Resistor ini banyak digunakan di peralatan elektronik dan perlengkapan audio.
Kemudian, Chen melanjutkan inovasi pada tahun 1990-an, dengan mengembangkan beberapa produk baru. Dengan langkah ini, pada akhir 1996, Yageo tercatat telah memproduksi sebanyak 3,5 juta resistor setiap bulan.
(Bersambung