Sumber: Reuters |
HOUSTON. Indikasi awal bahwa negara-negara anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang telah mematuhi pemangkasan produksi minyaknya, kemungkinan tak akan bisa menolong penurunan harga minyak. "Ini sangat sulit," kata Adam Sieminski, Chief Energy Economist untuk Deutsche Bank.
Upaya OPEC yang memang dilakukan untuk menstabilkan harga minyak dunia hanya memberikan dampak yang kecil saja. "Mereka harus mengurangi produksi minyaknya sebanyak empat hingga lima barel per hari dari kuota mereka. Mereka harus punya porsi yang bagus dalam jumlah yang sesungguhnya," imbuhnya.
Harga minyak telah tergerus dari rekor tertingginya US$ 147 per barel pada bulan Juli 2008 lantaran krisis perekonomian global telah menggerus konsumsi minyak dunia. Hal ini mendesak negara-negara anggota OPEC untuk menciutkan produksinya sebesar 4,2 juta barel dari produksi total OPEC.
Kendati telah dipangkas, nyatanya persediaan minyak di AS justru semakin menggelembung dan persediaan minyak dunia di Cushing Oklahoma yang diperdagangkan di Nymex juga menyentuh level yang cukup tinggi.
OPEC berusaha untuk mengurangi produksi agar lebih baik ketimbang hitungan semula. Namun, menurut Sieminski, hitungan matematis pengurangan produksi minyak dunia yang harusnya untuk menstabilkan harga, justru menyisakan teka-teki.
Kendati OPEC terbilang sukses memangkat suplai minyak dunia, namun Sieminski melihat adanya jalan yang tak rata yang harus dilalui oleh harga minyak dunia tahun ini.
Sementara prediksi harga minyak dunia versi Deutsche Bank akan bergerak di kisaran harga US$ 47,50 per barel tahun ini, namun Sieminski justru menghitung US$ 45 per barel di kuartal pertama, lantas meningkat menjadi US$ 50 di kuartal kedua, dan kemudian terperosok kembali di level US$ 40 hingga US$ 45 di sisa 2009.