Sumber: Bloomberg |
WELLINGTON. Harga minyak mentah anjlok ke level yang lebih mini dari US$ 35 per barel di New York. Merosotnya minyak dunia ini lantaran adanya spekulasi bahwa pertumbuhan ekonomi yang terseok-seok ini bakalan menggiring penyusutan permintaan minyak dunia tahun ini.
Goldman Sachs Group Inc. menegaskan bahwa permintaan minyak dunia semakin melambat. Tekanan di Timur Tengah yang berkurang dan persetujuan atas perdebatan gas Rusia dengan Ukraina juga mampu mendorong harga minyak dari level yang mini bulan lalu, yaitu US$ 32,40 per barel. Ditambah lagi, kemungkinan OPEC akan melakukan pemangkasan produksi minyaknya kembali.
"Kita cukup dekat dengan harga minyak yang paling mini jika memang kita belum pernah menyentuh level tersebut," kata Michael Lynch, President of Strategic Energy & Economic Research Inc di Winchester, Massachusetts, seperti yang dikutip dari wawancaranya dengan Bloomberg Television. Ia menambahkan, "Saya tidak berpikir bahwa pasar bisa tahan dengan harga di bawah ini."
Harga minyak untuk pengiriman Februari diperdagangkan di level US$ 34,54 per barel. Level ini lebih ciut 5,4% dari penutupan minggu lalu di New York Mercantile Exchange (Nymex), pada pukul 8:54 waktu Singapura. Kontrak minyak mentah yang akan jatuh tempo hari ini, menyusut menjadi US$ 33,89 kemarin, saat pasar tutup karena Martin Luther King holiday.
"Volume perdagangan yang cukup tipis dan sejumlah data-data perekonomian secara global bearish," tukas Chris Jarvis, Oresident of Caprock Risk Management LLC di Hampton Falls, New Hampshire. Menurutnya, harga kontrak untuk Februari harus "dibubuhi dengan sedikit garam."
Kontral yang lebih aktif diperdagangkan bulan Maret berada di level US$ 40,84, turun 4,1% setelah sempat terkikis menjadi US$ 40,21 kemarin.
Harga minyak untuk jangka pendek telah secara tak langsung didesak oleh krisis finansial global. Lynch menegaskan bahwa harga minyak ini harusnya naik dan kemungkinan bisa menyentuh US$ 60 per barel pada akhir tahun ini.
Sementara itu, harga minyak mentah untuk jenis Brent untuk pengiriman Maret tergerus US$ 2,07 atau 4,4% menjadi US$ 44,50 per barel di a ICE Futures Europe exchange London, kemarin.
Meningkatnya persediaan minyak mentah di AS dan prediksi International Energy Agency maupun OPEC atas menurunnya permintaan dunia, telah menyumbang kemerosotan sebesar 11% di Nymex minggu lalu. Asal tahu saja, harga minyak telah tumbang 20% tahun ini, setelah terpangkas 54% tahun lalu.
Analyst Jeffrey Currie dari Goldman Sachs yakin bahwa minyak dunia akan dengan trengginas merangsek ke level US$ 65 per barel di semester kedua tahun seiring dengan rencana OPEC untuk membabat produksinya.